Warta Berita

Semenanjung Korea, A to Z

Kumpulan Isu

Korut Lakukan Provokasi Peluncuran Rudal Balistik Jarak Menengah

Isu Sepekan2017-09-03
Korut Lakukan Provokasi Peluncuran Rudal Balistik Jarak Menengah

Korea Utara meluncurkan rudal balistik dari Sunan di Pyongyang sekitar pukul 05.57 hari Selasa pagi (29/8/2017) waktu setempat.

Korut telah bersikeras rudal tersebut adalah rudal balistik jarak menengah 'Hwasong-12' dan Dewan Keamanan PBB mengecam keras tindakan Pyongyang dengan mengadopsi Pernyataan Ketua dengan suara bulat.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan rudal itu terbang sekitar 2.700 kilometer melintasi langit Jepang dengan ketinggian 550 kilometer. Korut baru pertama kali meluncurkan rudal balistik melintasi wilayah udara Jepang.

Setelah peluncuran rudal Korut, Kantor Kepresidenan Korsel menggelar rapat darurat Komite Tetap Dewan Keamanan Nasional-NSC dan pertemuan penasihat kepresidenan yang dipimpin oleh Presiden Moon Jae-in untuk membahas tindak penanggulangan.

Dalam pertemuan itu, Presiden Moon memerintahkan militer Korsel memperlihatkan 'kemampuan melawan Korut dengan keras'. Untuk itu Angkatan Udara Korsel menggelar latihan penembakan 8 bom MK ke tempat penembakan dengan 4 unit pesawat tempur di daerah Taebaek, Gangwondo.

Pemerintah juga memperingatkan Pyongyang bahwa Seoul akan melawan Korut dengan keras berdasarkan persekutuan Korsel dan AS, jika negara komunis itu melanjutkan povokasinya. Pemerintah Seoul juga mendesak Korut untuk menyadari bahwa denuklirisasi adalah satu-satunya jalan agar rezim Korut bisa bertahan. Untuk itu Seoul meminta Pyongyang untuk siap berdialog.

Jarak tempuh peluncuran rudal kali ini termasuk yang paling jauh sejak masa pemerintahan Kim Jong-un, dan dilakukan dalam kondisi yang normal. Hal itu ditafsirkan sebagai upaya Korut untuk memperlihatkan kemampuannya menembak Guam sekaligus sebagai protes atas pelaksanaan latihan militer bersama tahunan Ulchi Freedom Guardian (UFG).

Di Amerika Serikat, Presiden AS Donald Trump mengatakan, 'sejumlah uang dibayarkan ke Korea Utara selama 25 tahun menjadi sia-sia, dan dialog bukan jawabannya'. Sementara itu Menteri Pertahanan AS James Mattis mengungkapkan Washington akan tetap menjalankan solusi diplomatik dalam menangani masalah Korut.

Pada prinsipnya AS ingin menjalankan solusi diplomatik, namun tampaknya akan tetap mempertahankan tekanan keras daripada dialog untuk sementara waktu. Oleh sebab itu, ketegangan di Semenanjung Korea semakin meninggi dan pemulihan hubungan Korsel dan Korut melalui dialog seperti yang diinginkan Presiden Moon sulit diwujudkan.

Berita Terbaru