Tahun ini, sejumlah dua ribu orang warga Korea Selatan yang telah mendaftar untuk reuni keluarga terpisah antar-Korea telah meninggal dunia tanpa sempat bertemu dengan anggota keluarga mereka di Korea Utara.
 
Berdasarkan hasil pemantauan Kementerian Unifikasi Korea Selatan, sebanyak 2.258 orang telah meninggal dunia dari sejumlah orang yang mendaftar untuk reuni keluarga terpisah selama periode Januari hingga akhir Agutus 2021.
 
Per akhir bulan lalu, jumlah total permohonan reuni keluarga terpisah tercatat sebanyak 133.530 orang. Dari antara mereka, sekitar 35,4 persen atau 47.318 orang masih hidup, sedangkan 6.212 orang atau 64,6 persen telah meninggal dunia.
 
Terlebih, sebagian besar pendaftar yang masih hidup telah berusia sangat lanjut, termasuk pendaftar berusia 90 tahun ke atas sebesar 27,6 persen dan usia 80 tahun ke atas sebanyak 38,5 persen.
 
Di bawah pemerintahan Moon Jae-in, acara reuni keluarga terpisah hanya dilaksanakan satu kali saja pada Agustus 2018. Sementara di bawah pemerintahan sebelumnya, reuni keluarga terpisah dilakukan sebanyak masing-masing dua dalam masa pemerintahan mantan Presiden Park Geun-hye dan mantan Presiden Lee Myung-bak.
 
Pemerintah Korea Selatan berencana akan memprioritaskan pelaksanaan reuni keluarga terpisah sebagai tugas yang harus dijalankan saat dialog antar-Korea dimulai kembali.
 
Untuk itu, pada bulan Agustus lalu, pemerintah telah menambah 7 tempat reuni keluarga terpisah virtual untuk meningkatkan akses bagi para anggota kelaurga terpisah yang telah berusia lanjut.
 
Menteri Unifikasi Korea Selatan Lee In-young telah mengadakan pertemuan dengan sejumlah anggota keluarga terpisah yang berusia sangat lanjut di tempat reuni keluarga virtual tersebut pada 16 September, menjelang hari raya Chuseok.

[Photo : YONHAP News]