Upaya Korea Selatan yang tiada henti untuk mengembalikan aset budaya yang dirampas di masa lalu telah membuahkan hasil tahun ini. Pada tanggal 27 Mei 2011, bagian buku putaran terakhir dari total 296-volume buku koleksi ‘Oegyujanggak Uigwe’ tiba di Korea Selatan. Buku-buku, yang merupakan bagian dari perpustakaan kerajaan pada masa Dinasti Joseon, telah disimpan di Perpustakaan Nasional Perancis sejak tentara Perancis merampas buku ini selama invasi pulau Ganghwa oleh pasukan Perancis tahun 1866. Buku-buku ini menggambarkan protokol upacara kerajaan dan pedoman ritual dalam bentuk tulisan-tulisan dan gambar. Buku-buku kuno tersebut kembali setelah 145 tahun, dan terlaksana setelah 13 tahun semenjak Presiden Kim Young-sam dan Presiden Perancis François Mitterrand menyetujui pengembalian buku-buku ini.
Sementara itu, pada tanggal 6 Desember 2011, 1.200 buku Kerajaan Korea kembali setelah lebih dari satu abad berada di Jepang. Teks-teks termasuk Joseon Wangsil Uigwe, yang merupakan sebuah koleksi dokumen yang menggambarkan protokol kerajaan dari Dinasti Joseon. Jumlah buku tersebut merupakan sisa dari lima buku kuno Korea yang telah dikembalikan langsung oleh Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda ketika ia mengunjungi Seoul untuk KTT bilateral pada bulan Oktober 2011. Namun, bagian pengamat telah menyatakan penyesalan atas kenyataan bahwa koleksi Oegyujanggak Uigwe dikembalikan dalam bentuk kontrak permanen dan Jepang menggunakan istilah 'transfer' daripada 'pengembalian' ketika mereka melakukan pengembalian buku-buku kuno asli Korea.
Pilihan Editor
Politik
2024-03-19 14:40:05
Olahraga
2024-03-14 15:36:42
Ekonomi
2024-02-02 14:21:28