Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Saham, Mata Uang Won, dan Obligas Lemah di Pasar Keuangan Korsel

2021-10-09

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Pasar keuangan Korea Selatan tampak tidak stabil dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Antara lain diakibatkan oleh meningkatnya kekhawatiran atas inflasi dunia, ketidakpastian perundingan tentang batas utang Amerika Serikat, adanya kasus Grup Evergande di China, dampak rantai pasokan dari China, dan sebagainya.

    

Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) ditutup di level 2.908,31 pada Rabu (6/10), turun 53,86 poin atau 1,82 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Ini merupakan titik terendah sejak perdagangan pada 30 Desember dengan level 2.873,31.


Sementara itu, KOSDAQ juga turun 33,46 poin atau 3,46 persen, ditutup di level 922,36, yang merupakan titik terendah sejak tanggal 26 Februari lalu.


Di pasar valuta asing, nilai tukar mata uang won melemah 3,6 won terhadap dolar AS, mengakhiri sesi perdagangan hari ini di angka 1.192,3 won per dolar. Penutupan pasar valuta asing dengan angka 1.190 kembali terjadi sesudah terakhir pada setahun dua bulan sejak 4 Agutus tahun lalu.


Bunga obligasi negara pun naik dan menyentuh titik tertinggi. Di pasar obligasi Seoul pada Rabu (6/10) bunga obligasi negara dengan batas waktu 3 tahun naik 6,9 basis poin, menjadi 1,719 persen pertahun.


Kenaikan nilai tukar mata uang won terhadap dolar AS dan meningkatnya bunga obligasi menunjukkan adanya penurunan nilai.


Saat ini nilai saham, mata uang won, serta obligasi melemah di Korea Selatan. Para pakar menganalisis bahwa hal itu disebabkan karena pasar keuangan domestik maupun global lebih sensitif terhadap faktor-fakrtor buruk yang menumpuk daripada faktor baik. Secara nyata, kondisi ekonomi dan pasar keuangan global semakin serius dengan adanya faktor buruk yang masif terjadi secara serentak akibat COVID-19.


Harga minyak dunia meningkat tajam untuk pertama kalinya dalam 7 tahun terakhir dan menyebabkan peningkatan harga bahan baku. Sehingga harga bahan produksi pun turut meningkat dan menyebabkan adanya inflasi global yang kini sangat dikhawatirkan. Kondisi ini juga siperburuh dengan adanya krisis energi listrik di China dan India, yang menyebabkan rantai pasokan global tidak stabil.


Melamahnya nilai saham, mata uang, dan obligasi, yang disebut 'kelemahan triple' dapat mengakibatkan investor asing mengeluarkan modal dari Korea Selatan karena kekhawatiran mereka akan inflasi global dan kenaikan suku bunga AS yang cepat.


Masalah tersebut tidak dapat ditangani oleh masing-masing pelaku ekonomi saja, akan tetapi harus ditanggulangi bersama baik oleh pemerintah dan pelaku usaha. Namun, dunia politik Korea Selatan kini sedang fokus pada pemilihan presiden yang akan diadakan pada kuartal pertama tahun depan. Para pakar menyerukan bahwa semua pihak harus menyadari kondisi serius yang kini tengah dihadapi dan bersatu untuk mengatasinya.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >