Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Tongyeong – Ban Su-yeon

2023-02-17

ⓒ Getty Images Bank

Aku sedang tertidur lelap saat telepon itu berdering. Dua jam sebelumnya, aku menghabiskan dua botol soju, dan kini kepalaku pening karena aku masih mabuk. Tiba-tiba aku teringat akan ibuku.


“Hyeon-taek!”


“Ibu?”


“Ini aku, kakakmu. Hyeon-taek, ibu baru saja meninggal dunia.”


Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku berniat untuk menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan di pagi hari sebelum berangkat menuju Korea. Ternyata ibu meninggal. Walaupun telah diberitahukan ibu hanya akan dapat bertahan selama beberapa hari saja, aku ragu-ragu. Pada akhirnya, aku tidak dapat berada di sisi ibu saat ia meninggal dunia.


- Cuplikan program:



Di saat situasi sedang buruk, rasanya aku ingin datang kemari hanya untuk tertidur meringkuk karena lelah. Di saat semuanya berjalan lancar, aku menggoyang-goyangkan pundakku karena aku tidak sabar ingin memamerkannya langsung kepada mereka. Namun, aku tidak pernah kembali. Bukan karena ibuku ada di sini, ibu yang telah membesarkanku dalam sebuah gua. Dan juga bukan karena ayahku ada di sini, ayah yang tak pernah sekali pun memanggil namaku. Aku tidak sanggup tinggal di sini sebagai diriku sendiri. Tempat ini telah menjadi saksi, mengartikan dan mengingat segalanya tentangku, dan tidak akan pernah melupakannya. Aku percaya, aku tidak akan dapat hidup di tempat ini dengan takdir yang telah ditentukan dalam pikiran mereka untukku..”


일이 안 풀릴 때는 고달파서 와서 드러눕고 싶었다.

일이 잘 풀릴 때는 제일 먼저 자랑하고 싶어서 어깨가 들썩 거렸다.

하지만 나는 돌아오지 않았다.

동굴 속에서 나를 키운 어머니가 있어서도,

한 번도 내 이름을 불러주지 않았던 아버지가 있어서도 아니었다.

그 모든 것은 목격하고 무수히 해석하고 기억하며,

망각을 허락하지 않는 이 곳에서 나는 나로 살 수 없을 것 같았다.

그들의 머리 속에서 이미 규정 지어진 내 팔자를 

견딜 수가 없을 것 같았다. 



Amarah dan kesedihan yang Hyeon-taek pendam di hatinya selama ini perlahan pudar. Belaian lembut yang Hyeon-taek rasakan menjadi pertanda bahwa suatu hari, mungkin di waktu yang dekat, Hyeon-taek dapat merenggangkan kepalan tangannya, membuka hatinya kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya di Tongyeong dan tidak lagi takut menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.

Cerita pendek “Tonyeong” menunjukkan betapa pentingnya makna kampung halaman bagi seseorang. Mereka yang meninggalkan kampung halamannya, bahkan untuk alasan yang buruk sekalipun pasti suatu saat akan mengenangnya kembali, karena kampung halaman adalah tempat tumbuhnya akar jati diri kita.    



“Setelah kamu pindah dan ibunya meninggal dunia, dia mendatangi ibu. Dia bilang ia ingin merawat ibu seperti ibunya sendiri. Dia bilang dia merasa bersalah, karena mungkin gara-gara dia kamu pergi meninggalkan tempat ini. Ia ingin ibu menganggap dirinya seperti kamu. Pada awalnya ibu sangat marah, tapi lama-lama mereka menjadi dekat. Dia memanggil ibu, “Ibu,” dan setiap hari raya, atau hari orang tua, atau saat musim berganti, ia pasti mengirim ikan atau bingkisan lainnya...”    

    

Suara bisikan kakak terdengar sangat lembut seperti lagu nina-bobok.


“Hyeon-taek... Renggangkan tanganmu... Bahkan di saat tidur pun, kamu selalu mengepalkan tanganmu.”    

Aku merasakan seseorang mengelus-ngelus tanganku. Aku tidak tahu, apakah itu ibu atau kakak, apakah itu mimpi atau nyata... Aku tidak dapat membedakannya.


“니 이민 가고, 저거 엄마 돌아가시고 찾아왔더라.

 어무이처럼 모시고 싶다꼬.

 현택이를 이 땅에 못 살게 만든 건 지 탓도 있을 끼라꼬.

 지를 현택이처럼 생각하라꼬.

 처음에는 펄펄 뛰던 엄마도 나중에는 제법 잘 지냈다.

 어무이, 어무이 하면서, 명절 때나 어버이날이나 계절 바뀔 때마다

 생선이고 뭐고 표 안 나게 많이 챙깄다...”


누나의 소곤거리는 목소리가 자장가같이 달콤했다.


“택아, 주먹 좀 펴고 자라.

 자면서도 주먹을 쥐고 자노” 


누군가가 손을 만지작거린다고 생각했지만

그것이 어머니인지 누나인지, 꿈인지, 생시인지,

나는 도무지 알 수 없었다.




Ban Su-yeon (lahir 1966 di Tongyeong, Propinsi Gyeongsang Selatan)

    - debut: cerita pendek “Memorial Garden" (2005)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >