ⓒ Getty Images Bank

Pada tanggal 1 Juli 2011 lalu, Korea Selatan menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan Uni Eropa, FTA pertama Uni Eropa dengan negara Asia. Berbeda dengan Korea Selatan, negara Asia lain seperti Jepang, Singapura, dan Vietnam baru mulai mengadakan FTA dengan Uni Eropa pada dua tahun terakhir. Karenanya, Korea Selatan telah menikmati manfaat penghapusan bea masuk ke pasar Eropa selama 10 tahun. FTA antara Korea Selatan dan Uni Eropa bermanfaat bagi Korea Selatan untuk mendiversifikasi negara asal impor bahan baku, suku cadang dan peralatan, serta meningkatkan daya saing perusahaan Korea Selatan. 

Walaupun terdapat bidang yang mendapat pengaruh positif dari FTA antara Korea Selatan dan Uni Eropa, namun tidak terdapat perubahaan signifikan dalam ekspor Korea Selatan ke Uni Eropa setelah pemberlakuan FTA tersebut. Sebaliknya, ekspor Uni Eropa ke Korea Selatan malah meningkat dan investasi Korea Selatan di Uni Eropa mengalami kenaikan sejak tahun 2015 lalu. Fenomena ini dapat dilihat dengan mempertimbangkan ciri khas perdagangan Korea selatan dan Uni Eropa. Walaupun ekspor langsung Korea Selatan ke Uni Eropa sedikit menurun, namun pendirian badan usaha Korea Selatan di Eropa sangat aktif sejak tahun 2017. 

Sebenarnya, kondisi ekonomi global selama 10 tahun mengalami kemerosotan, dan peningkatan kebijakan proteksionisme global yang diakbiatkan krisis moneter yang berawal dari krisis keuangan Yunani, pengaruh COVID-19, dan lainnya telah menyulitkan ekspor Korea Selatan. Namun, kini saatnya bersiap untuk sepuluh tahun ke depan.

Upaya Uni Eropa menyusun kembali rantai pasokan untuk menurunkan ketergantungan terhadap China berdampak positif bagi Korea Selatan. Dengan adanya FTA antara Uni Eropa dan Jepang, Singapura, serta Vietnam, maka persaingan di pasar Eropa menjadi lebih ketat, sehingga Korea Selatan harus memanfaatkan FTA ini dengan lebih strategis.