ⓒ CULTURAL HERITAGE ADMINISTRATION

Lagu Permainan Perahu

Seorang istri dari kalangan bangsawan bermarga Song di Nonsan, Chungcheong Selatan, pada akhir era Joseon mengalami sebuah pengalaman yang tidak dapat dilupakan sepanjang hidupnya. Kakak iparnya mengundang seluruh keluarga untuk merayakan pengangkatannya sebagai pejabat pemerintah di daerah Gongju, sehingga istri Song dapat bepergian dengan naik perahu. Di sekitar sungai, ada banyak penduduk yang ingin menyaksikan hiburan, dan juga ada banyak perahu. Di atas perahu, banyak wanita penghibur dan musisi yang memainkan musik. Bagi seorang istri yang tidak bisa dengan bebas keluar rumah, pengalaman itu terasa sangat luar biasa. Betapa indahnya nuansa musim semi dan betapa senangnya bermain dengan naik perahu. Lagu rakyat di Gyeonggido berjudul "Lagu Permainan Perahu" menceritakan kegembiraan saat itu. 

Lagu Perahu Di Pulau Geomundo

Pengalaman naik perahu didampingi musisi dan wanita penghibur terasa mewah. Namun, lagu perahu biasa dilantunkan oleh rakyat biasa ketika bekerja, layaknya "Nyanyian Penangkapan Ikan Teri" di laut Selatan atau "Nyanyian Penangkapan Ikan Kakap Kuning" di laut Barat. "Lagu Perahu Di Pulau Geomundo" yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Jeolla Selatan tahun 1972 terdiri dari nyanyian-nynyian pendek sesuai jenis pekerjaan di perahu. 

Baettaragi

Saat menuju ke laut untuk menangkap ikan, para pelaut yang menaiki perahu kecil merasa khawatir karena badai yang dapat mereka hadapi. Lagu "Baettaragi" menceritakan kisah seseorang yang bisa kembali ke kampung halamannya tiga tahun setelah perahunya rusak di tengah laut. Walaupun dia bisa kembali, namun terpaksa menyampaikan kabar mengenai rekannya yang kehilangan nyawanya di laut. Lagu itu menceritakan kesedihan seseorang yang kehilangan keluarga, keterkejutan istri yang bertemu kembali dengan sang suami, dan orang tua yang bertemu kembali dengan anak.