Menlu Korsel dan Indonesia Bertemu di Seoul, Bahas Lanjutan Proyek KF-21
2024-03-19 14:40:05
#Citra Musik Korea l 2022-02-04
Maehwaga
Di era Dinasti Goryeo, seorang cendekiawan pernah menulis sebuah puisi yang terinspirasi dari sebuah bunga plum yang bisa melambangkan kesetiaannya. Bunga plum atau bunga prem adalah salah satu bunga yang mekar saat menjelang musim semi, tapi tidak jarang juga bunga ini terlihat merekah di tengah salju di musim dingin yang membeku.
Cahaya terang menyingsing menjelang musim semi
Tubuh lemah bertahan di musim dingin yang beku
Dirinya memadukan suasana gemerlap es dan salju
Tempatnya jauh dari suara hiruk pikuk kereta kuda
Maehwa Taeryeong
Yi Hwang, seorang cendekiawan zaman kerajaan Joseon yang dikenal sebagai pecinta bunga plum, pernah meninggalkan perintah hanya demi menyirami pohon plum sebagai permintaan terakhirnya. Sampai hari ini, pohon-pohon plum itu terus mekar setiap tahun dan menyebarkan aroma manisnya ke seluruh Dosan Seowon, sekolah swasta tempatnya mengajar.
Bunga plum sendiri disebut dengan nama yang berbeda-beda tergantung di mana dan kapan mereka mekar. Di Kuil Geumdunsa, Suncheon, Provinsi Jeolla Selatan, menyebutnya ‘nabwolmae’ yang berarti bulan 12 kalender bulan. Sedangkan di kuil Hwameosa, Gurye bunga plum disebut ‘heukmae’ karena warna bunga plum di sana merah darah pekat.
Maehwa Blooms Silently
Bunga plum tidak bertahan lama. Oleh karena itu, orang-orang di masa lalu membuat bunga plum tiruan dari lilin. Seorang seonbi di era Joseon akhir yang bernama Lee Deok Mu terkenal berkat keahliannya membuat bunga plum dari lilin. Walau miskin, ia tetap menjalani kehidupan dengan penuh integritas dan penuh pembelajaran. Dia menyebut bunga kreasinya dengan sebutan ‘yunhoimae’ yang berarti ‘bunga plum yang bereinkarnasi’. Lee mengibaratkan sebuah siklus bunga yang akan berubah menjadi madu dan lilin lalu kemudian kembali lagi menjadi bunga sebagai reinkarnasi.
2024-03-19 14:40:05
2024-03-14 15:36:42
2024-02-02 14:21:28