Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Cerita Tentang Tanaman Daun Baru Cina – Choi Il-nam

2022-07-08

ⓒ Getty Images Bank

Insun berhenti memetik daun baru Cina dan memandang ke arah gunung. Sinar matahari di musim panas terasa hangat dan seperti sebuah mimpi, bagaikan berada di dalam selimut. Indah, sangat indah.


Tubuhnya tiba-tiba berkedut dan dadanya berdebar. Hangatnya sinar matahari yang menembus pakaian tipis di punggungnya itu membuatnya merasa tergelitik dan ingin mengunyah atau menggigit sesuatu.


- Cuplikan program:



Selama satu bulan di musim semi ini Insun sama sekali tidak melihat sebutir pun nasi dan hidup hanya dengan memakan bubur daun baru Cina pagi dan malam. Diam-diam ia merasa khawatir bayi yang akan dilahirkan oleh ibunya juga akan berwarna hijau, mirip seperti daun baru Cina.


Tidak hanya itu saja. Warna kulit Insun dan ibunya juga perlahan-lahan berubah.


Bahkan saat buang air pun, tinja dan air seninya juga berwarna kehijauan. Andaikan ia dapat memeras bagian apa pun dari tubuhnya, mungkin carian pekat dari daun itu akan keluar, seperti kotoran ayam yang sakit-sakitan.


봄철 한 달 동안을 두고 밥꼴을 못 보고

아침 저녁을 거의 쑥죽으로만 살아온 인순이에게는 

어머니가 낳을 애기는 어쩌면 쑥빛을 닮아 퍼럴 것이리란 생각에

남몰래 혼자 속으로 두려워해 오고 있었다.


그 뿐이 아니다.

어머니나 자기의 살빛도 차차 퍼런 색깔로 

변해 가는 듯만 했다.


뒤볼 때 보면, 

대변은 말할 것도 없고 오줌도 다소는 퍼렇게 보인다.

자기 몸뚱어리의 어느 곳이든 쥐어짠다면

창병 걸린 닭 똥물 비슷한 거무튀튀한 쑥물이

금방 비어져 나올 것 같았다.



Daun baru Cina adalah tanaman berwarna cerah dengan aroma yang unik. Warga Korea menggunakan daun baru Cina untuk sebagai penyedap aroma dan rasa, namun dalam cerita ini, tanaman tersebut menjadi simbol kemiskinan dan kelaparan. Pengarang Choi Il-nam lahir di tahun 1932. Masa kecilnya dilewatkan di masa penjajahan Jepang, sedangkan di masa mudanya ia juga mengalami masa-masa sulit sebelum dan sesudah pembebasan Korea. Di saat itu, banyak warga yang ditarik untuk kerja paksa dan menjadi tentara Jepang. Tingkat kemiskinan dan kelaparan warga Korea sangat ekstrem, dan cerita pendek ini menjadi sebuah laporan akan kondisi tersebut.



Seketika air liur dari dalam kedua sisi mulutnya mengalir, membasahi butir-butir beras itu. Ia mengunyahnya sekali lagi dan lagi. Kali ini ia memasukkan lebih banyak butir beras dan merasakan air dari beras yang gurih itu mengalir ke lehernya. Insun terus mengunyah.


Insun memutuskan untuk membawa beras itu pulang dan menanaknya untuk sang ibu. Tanpa ragu=ragu, ia menarik keranjangnya ke sebelah gentong beras dan menyendok beras itu ke satu sisi keranjang, dan mendorong daun baru Cina ke sisi lainnya. an menyendok beras

Plak! Bersamaan dengan suara pukulan keras, mata Insun berkunang-kunang dan ia pun terjatuh ke depan. Dari belakang, tangan seseorang menarik rambut Insun dengan kencang.     

“Masih kecil sudah mencuri, ya!”


Baru di saat itulah Insun sadar bahwa beras itu adalah milik orang lain dan dirinya tertangkap sedang mencuri. Wajahnya memerah dan ia tidak tahu harus berbuat apa.

Pemilik warung beras yang kasar itu telah melempar keranjang daun Insun, dan menjambak rambut Insun sambil memutar-mutar tubuhnya.


단번에 양쪽 어금니에서 단침이 흘러나와 쌀알을 감춘다.

또 한 번, 또 한 번, 

이번엔 조금 많이 털어 넣었다.

고소한 뜨물이 목구멍을 타고 내려간다.

인순이는 자꾸만 씹었다.


그러다가 이것을 집으로 가져가서 어미니와 밥을 지어 먹으려니 작정하고는,

아무 거리낌 없이 소쿠리를 쌀둥지에다 대어 

쑥을 한옆으로 제치고 쌀을 쓱 밀어 넣고 있었는데 

턱, 하는 소리와 함께 인순이는 눈앞이 아찔해지면서 앞으로 거꾸러졌다.

뒤미처 우악스런 손이 인순이의 머리를 낚아채었다.


“꽤씸한 년, 조막만한 것이 벌써부터 남의 물건을 훔쳐?” 


인순이는 그제야 쌀이 남의 것이었고

자기는 그것을 도둑질하다가 들켰다는 사실을 깨닫자,

얼굴이 화끈화끈 달아오르며 어쩔줄을 몰랐다.




Choi Il-nam  (lahir 29 Desember 1932 di Jeonju, Propinsi Jeolla Utara)

    - Debut : Novel “Payang” (1956)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >