Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

The Gates of Hell / Gwiin Hyeongga / Ganggangsullae

#Citra Musik Korea l 2022-08-19

Citra Musik Korea

The Gates of Hell / Gwiin Hyeongga / Ganggangsullae

The Gates of Hell

Divine Comedy adalah buku yang berisi kumpulan puisi seorang penyair ternama dari Italia bernama Dante yang ditulis pada awal tahun 1300an selama di pengasingan. Ia menyelesaikan puisi naratifnya yang terdiri dari 3 bagian selama 14 tahun. Karya ini sangat terkenal di dunia hingga seniman pematung terkenal dunia, Auguste Rodin, mewujudkan karya Dante di bagian akhir yang berjudul The Gates of Hell menjadi sebuah karya patung berjudul The Thinker. Sementara, itu di Korea Selatan karya yang sama dari Dante ini telah diwujudkan dalam bentuk seni musik tradisional pansori oleh penyanyi Jeong Eunhye. Puisi klasik Italia diterjemahkan menjadi musik tradisional Korea sekilas mungkin terdengar aneh, tetapi selain hasilnya yang sangat memukau, penerjemahan karya ini ternyata sejalan dengan niat sang penyair ketika menulisnya saat itu. Dante sengaja menulis puisi-puisinya dengan bahasa Tuscan bukan bahasa Latin yang menjadi bahasa universal pada saat itu dengan tujuan agar lebih banyak orang bisa membacanya. Kini setelah diterjemahkan menjadi sebuah musik pansori, karyanya bisa dinikmati oleh lebih banyak orang di Korea.


Gwiin Hyeongga

Gwiin Hyeongga atau Born by Irreproachable Gorgeousness   karya dari duo Haepary adalah sebuah karya interpretasi ulang dari musik ritual kerajaan menjadi sebuah karya musik modern dengan memadukannya dengan unsur tekno. Haepary sendiri adalah grup musik yang terdiri dari Hyewon, seorang produser dengan latar belakang seni musik perkusi dan Minhee,  seorang penyanyi musik jeongga. Karya kolaborasi pertama mereka adalah sebuah karya reinterpretasi dari musik tradisional pengiring ritual Jongmyo, sebuah warisan budaya tak benda yang kini telah tercatat sebagai warisan dunia UNESCO untuk kemanusiaan. Ritual ini adalah sebuah upacara kenegaraan yang paling penting selama masa kerajaan Joseon. Mulai dari lirik, musik hingga tariannya dikenal sebagai karya yang sederhana tetapi tetap memiliki nuansa yang sakral dan megah. 


Ganggangsullae

Banyak orang Korea mengira bahwa grup musik Seodo Band ada hubungannya dengan lagu tradisional Korea dari Seodo, wilayah barat Provinsi Hwanghae-do dan Pyongan-do. Padahal nama Seodo sendiri diambil dari nama panggung sang vokalis, Seodo, sedangkan kata do diambil dari nama asli Raja Sejong, Yi Do. Sang vokalis bercita-cita agar musiknya bisa menyejahterakan kehidupan masyarakat seperti Raja Sejong menciptakan hangeul untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Seodo Band mengklaim musik-musik yang mereka tampilkan adalah musik pop Joseon. Menurut mereka, pop joseon adalah aliran musik yang memadukan unsur musik tradisional Korea dengan musik pop. Tetapi kenyataannya musik-musik karya Seodo Band ini tidak menggunakan unsur musik tradisional Korea sama sekali, walaupun sebenarnya sang vokalis punya latar belakang musik pansori. Namun demikian para penggemarnya mengatakan lagu-lagu band ini punya nuansa yang terasa sangat Korea sekali. 

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >