Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Jab! - Kim Un-soo

2022-09-09

ⓒ Getty Images Bank

Baik di dalam ring ataupun di dunia luar sana, tidak ada tempat yang aman. Tuk, tuk! Kamu hanya aman bila berada di dalam ruang yang telah kamu ciptakan dengan ‘jab’-mu itu. Di saat itulah pertarungan dimulai. Lawanmu akan kewalahan karena dia berada di ruangmu. Ia terlalu bersemangat, tapi kamu harus tetap tenang karena yang kamu lakukan hanyalah memetik tomat ceri dari dalam kulkas dengan ringan. Pertarungan memang kejam seperti itu. Bagaimana? Apakah kamu bisa menjadi manusia yang dapat melayangkan ‘jab’ tanpa henti?


“Bagaimana bila aku tidak bisa menjadi manusia seperti itu?”


“Ada juga teknik bagus lainnya, yaitu ‘holding.” Kamu memeluk dan menarik lawanmu tanpa peduli apakah lawanmu itu suka atau tidak. Sebenci apa pun dia padamu, dia tidak akan bisa memukulmu. Baik kamu dan lawanmu tidak bisa memukul, dua-duanya sama-sama tidak bisa memukul.”


- Cuplikan program:



“Apa akhirnya kamu berhasil meng-KO orang itu?”


“Aku tidak berhasil meng-KO-nya, tapi bisa dibilang, aku menang dengan poin yang lebih tinggi.”


“Mana ada kemenangan lewat nilai dalam pertarungan. Hanya ada KO dan di-KO.”


Aku melihat ke langit-langit untuk berpikir, “Siapakah yang KO dari pukulan  terakhirku?”


“그나저나 그 녀석을 KO시켰나?”


“KO까지는 못 시켰지만, 뭐 판정승 정도는 거두었다고 생각해요.”


“에이 싸움에 판정승이 어디 있어.

싸움은 KO 시키거나 KO 당하거나 둘 중 하나밖에 없는 거지”


나는 천장을 향해 고개를 들고

내 주먹을 맞고 바닥에 쓰러진 사람이 누구인지 잠시 생각했다.



Dalam cerita ini, bertinju memiliki banyak persamaan dengan kehidupan. Dalam hidup, kita juga harus menghadapi lawan yang tangguh, seperti Jae-gu yang harus menghadapi ancaman yang membatasi kebebasannya, seperti patung pendiri sekolah di depan pintu gerbang sekolah dan sang guru Etika. Dari bertinju, Jae-gu belajar untuk menghadapi ancaman tersebut, bagaimana caranya mempertahankan ruangnya dengan menggunakan teknik “jab” dan “holding,” menyerang dan bertahan. Dengan cara itulah Jae-gu menemukan alasan untuk hidup, bersabar menunggu dan bertahan hingga ia siap untuk mengalahkan lawannya dengan satu pukulan terakhir.



Kini, pekerjaanku adalah mengendarai truk pengangkut ikan hidup. Aku tidak bisa bilang bahwa ini pekerjaan yang bagus karena bayarannya kecil dan aku lebih sering menyetir di malam hari. Namun, pekerjaan itu juga tidak buruk. Walau berat, tidak seperti pekerjaan lainnya, aku tidak memiliki atasan yang terus-terusan mencecarku. Aku juga bisa mendengarkan musik sambil menyetir.


Saat aku menginjak usia 30 tahun, aku disibukkan oleh berbagai hal yang tidak penting, sehingga andaikan aku menemukan satu truk penuh dengan bahan peledak pun, aku tidak akan berpikiran untuk meledakkan dunia. 


Aku juga tidak pernah berpikiran tentang “jab.” Rasanya aku sedang dihantam oleh seseorang dari belakang setiap hari, namun saat aku menoleh ke belakang, tidak ada seorang pun yang mengarahkan kepalannya padaku. Di dunia yang begitu sunyi ini, kepada siapa aku harus melayangkan tinjuku? Aku tidak tahu.” 


나는 요즘 활어 트럭 운전을 하고 있다.

보수도 시원치 않고 주로 밤에 고속도로를 달리는 일이라

그리 좋은 직업이라고는 말할 수 없다.

그렇다고 그렇게 나쁜 직업도 아니다.

일은 좀 고되지만 다른 직업처럼 상사에게 간섭도 받지 않고

또 차를 운전하면서 음악도 들을 수 있다.


서른쯤 되면 자잘한 일들로 너무나 바빠져 버려서 

다이너마이트를 한 트럭 가져다줘도

세상을 폭파시키는 일 따위에는 관심 없게 되는 것이다.


그러니 잽 같은 건 날릴 생각도 못한다.

매일매일 누군가에게 흠씬 두들겨 맞고 있는 것 같은데 

막상 뒤를 돌아보면 아무도 주먹을 내밀지 않고 있는 고요한 세상이어서

도대체 어디가 잽을 날려야 할지 모르겠기 때문이다.




Kim Un-soo (lahir 1972 di Kota Busan)

 - Debut: “Berpisah dengan Friday” (2003), kolom sastra Musim Semi Harian Donga Ilbo

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >