Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Bunga yang Kering – Park Wan-suh (Bagian 1)

2023-05-05

ⓒ Getty Images Bank

Dulu, di saat aku lebih muda, jauh lebih muda dari sekarang, aku sering pergi mengunjungi toko perhiasan milik temanku yang berada di pertokoan lantai bawah tanah sebuah hotel. Bisa dibilang, aku bangga dengan diriku saat masih muda, tapi di saat yang bersamaan juga merasa hampa. Kira-kira usiaku sudah lebih dari kepala empat. Di saat itu bagiku semua hal mulai kehilangan maknanya. Anak-anakku yang tumbuh dengan baik, suamiku yang telah menjadi eksekutif terpandang, semuanya terasa jemu. Saat perasaan itu muncul, aku menjadi lelah hingga ujung-ujung jari kaki dan tanganku kelu.


Kebetulan sahabatku yang kaya membuka sebuah toko perhiasan. Aku ini selalu pergi mengunjungi toko perhiasan itu walau tidak pernah membeli apa pun. Aku tahu, aku melakukannya karena aku merasa hampa.


Di usia itu, mengetahui bahwa kini tidak ada lagi yang tersisa dalam hidup selain bertambah usia, lebih menakutkan daripada kematian. 


- Cuplikan program:



Aku menaiki bus itu lima menit sebelum waktu keberangkatan, sementara pria itu naik tepat sebelum bus berangkat. Aku tidak berani menatapnya. Ia melepas jaket panjang khakinya dan meletakkannya di rak bagasi. Aku dapat melihat label “London Pug” di jaket yang terlipat itu. Ternyata pria itu memiliki selera yang cukup baik


Tanpa kusadari aku membayangkan diriku mengenakan celana Burberry yang tertiup angin dingin, pergi mengunjungi sebuah bar dan meminum segelas alkohol bersamanya. Mungkin pikiran anehku itu ada hubungannya dengan cincin aquamarine yang ia kenakan. Atau mungkin saja aku sudah tahu persis apa yang membuatku ingin berpikiran seperti itu.     


오 분 전쯤에 버스에 올라 타 창가에 앉았다.

그는 출발 직전에 올라탔다.


나는 그를 쳐다보지 않았다.

그가 카키색 트렌치 코트를 벗어서 시렁에 얹으려는 찰나

살짝 뒤집힌 옷자락에서 런던포그 상표가 드러났다.

세련된 느낌이 나쁘지 않았다.


나도 모르게 그와 함께 바바리 자락에 찬바람을 묻히고

그럴 듯한 바에 들어가 양주를 한잔씩 하는 상상을 하고 있었다.

내가 이렇게 이상해지는 것은 

암만해도 그가 끼고 있는 아쿠아마린 반지와 상관이 있을 터였다.

아니면 꼭 그랬으면 싶은 바를 알고 있기 때문인지도 몰랐다.



Dari generasi ke generasi, padangan akan adat, tradisi dan formalitas antara anggota keluarga banyak mengalami perubahan, di antaranya adalah cara menghormati orang tua. Dalam cerita ini, tokoh “aku” perbedaan pandangan antara dirinya dan keponakannya membuatnya tersinggung dan merasa dikucilkan. 



Udara di kota Seoul sangat dingin. Ia melepaskan jaketnya dan mengenakannya pada pundakku. Aku tidak menolaknya, aku malah melingkarkan pundakku agar muat mengenakan jaketnya. Aku telah melupakan usiaku.


Aku telah terbiasa menghirup udara lembab di rumahku layaknya melepaskan pakaian begitu aku tiba dirumah. Sambil menghirup udara itu, aku melihat kartu namanya. Kartu itu polos, hanya bertuliskan nama, nomor pribadi dan nomor kantornya. 


Walau tidak mengetahui banyak tentangnya, aku semakin menyukai pria itu.     


밤공기가 냉랭했다.

그가 코트를 벗어 내 어깨에 걸쳐주었다.

나는 마다하지 않고 순순히 그 안에서 몸을 작게 웅숭그렸다.

나이 같은 건 잊은 지 오래다.


벗어놓았던 옷처럼 익숙하고도 눅눅한 내 집 공기를 들이마시면서 

그의 명함을 들여다 보았다.

아무런 직함 없이 이름 석자하고 집과 사무실 전화번호만 들어있는 간결한 명함이었다.

내가 그에 대해 뭘 안다고 나는 그게 그답다고 여겨져 더욱 호감이 간다. 




Park Wan-suh (lahir di Propinsi Gyeonggi, 20 Oktober 1931 – 22 Januari 2011)    - Debut: cerita pendek “Pohon Gundul” (1970)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >