Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Kondisi Penyebaran COVID-19 di Korea Utara

2022-05-21

Warta Berita

ⓒYONHAP News 

Kasus kumulatif 'pasien demam' di Korea Utara mencapai dua juta orang hingga Rabu (18/05), di tengah penyebaran COVID-19 yang terus berlanjut di negara itu. 


Sebelumnya, Korea Utara mengklaim sama sekali tidak terdeteksi kasus COVID-19 di negaranya. Namun untuk pertama kalinya pada 12 Mei lalu, Korea Utara mengakui adanya kasus COVID-19 di dalam negeri. Menurut otoritas Korea Utara, jumlah 'pasien deman' yang baru terdeteksi pada 12 Mei mencapai 18 ribu orang. Pihaknya menggunakan istilah 'pasien demam' untuk menyebut orang yang tertular COVID-19. Istilah ini digunakan karena pihaknya tidak dapat mengonfirmasi kasus positif COVID-19 akibat tidak adanya sistem diagnostik untuk mengonfirmasi virus corona. 


Pengumuman otoritas Korea Utara ini menunjukkan bahwa kasus COVID-19 telah ada di dalam negeri bahkan sejak sebelum 12 Mei. Jumlah pasien di laporan hari pertama dan lonjakan jumlah kasus di hari kedua sangat luar biasa. Jumlah pasien pada hari keempat mencapai 400 ribu orang. Dikatakan bahwa pihak Korea Utara terpaksa mengakui adanya kasus COVID-19 di negaranya karena virus telah tersebar ke seluruh daerah dan kini di luar kendali. 


Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) melaporkan bahwa hingga Rabu (18/05), jumlah kumulatif pasien telah mencapai 1,98 juta orang, dan jumlah pasien yang telah sembuh sebanyak 1,23 juta orang, serta pasien yang sedang menjalani perawatan tercatat sebanyak 740 ribu orang. 


Menurut otoritas intelijen Korea Selatan, Korea Utara kemungkinan besar mengelola situasi COVID-19 dengan ‘sistem karantina darurat yang sangat tidak berkelanjutan'.


Korea Utara, dalam pertemuan Presidium Biro Politik Komite Pusat Partai Buruh pada 12 Mei, mendefinisikan kasus COVID-19 sebagai keadaan darurat yang serius dan mengubah sistem pencegahan penyakit nasional ke sistem pencegahan penyakit darurat. Pada 14 Mei, Kim Jong-un menyebut kondisi COVID-19 sebagai 'kekacauan terbesar sejak pendirian negara, dan bahkan memberi isyarat akan menyumbangkan obat-obatan pribadinya.


Pada 17 Mei, Kim menghadiri rapat Presidium Biro Politik Komite Pusat Partai Buruh tanpa mengenakan masker dan menyebut 'tren peredaan' dan 'stabilitas kehidupan masyarakat'. Hal itu ditafsirkan bahwa Kim mengekspresikan kepercayaan dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19, sebagaimana jumlah pasien baru turun ke bawah kisaran 200 ribu orang. Namun demikian, jalanan di Pyongyang masih tampak sepi dan lockdown daerah dan karantia tetap dijalankan. 


Terlepas dari pernyataan Kim, para ahli di luar Korea Utara berpendapat penyebaran COVID-19 di negara itu tidak mungkin mereda, mengigat Korea Utara tidak memiliki sistem pemeriksaan tes PCR dan tenaga medis terampil, serta sama sekali tidak melaksanakan vaksinasi COVID-19.


Otoritas intelijen Korea Selatan memperkirakan kasus kematian kumulatif di Korea Utara 5 atau 6 kali lipat dari yang diklaim Pyongyang. Dan diperkirakan terdapat kemungkinan kecil Korea Utara akan menerima tawaran bantuan Korea Selatan untuk menangani penyebaran COVID-19 di negaranya. Jika pemerintah Korea Utara memutuskan menerima bantuan, diperkirakan kemungkinan besar pihaknya akan menerima bantuan dari China atau lembaga internasional.


Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >