Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Penguatan Dolar AS Beri Pukulan di Pasar Keuangan Korsel

2022-10-01

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat, atau The Fed, kembali memukul pasar keuangan Korea Selatan, menyebabkan nilai tukar mata uang won melonjak dan harga saham anjlok pada Senin (26/09). Sejalan dengan hal itu, sejumlah mata uang utama di Asia pun melemah, hingga dikhawatikan kemungkinan terjadinya kembali krisis keuangan Asia.


Pada Senin (26/09), nilai tukar mata uang won melampaui 1.430 won per dolar AS serta Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) dan KOSDAQ turun masing-masing 3 persen dan 5 persen secara berurutan. KOSPI tergelincir 69,06 poin atau 3,02 persen, ditutup di level 2.220,94, merupakan yang terendah sejak 27 Juli 2020. Besaran penurunannya pun merupakan yang terbesar dalam dua bulan terakhir. Di pasar valuta asing, nilai tukar mata uang won Korea melemah 22 won terhadap dolar AS, mengakhiri perdagangan di 1.431,3 won per dolar AS. Ini adalah kali pertama nilai tukar mata uang won terhadap dolar AS melebihi 1.430 won dalam 13 tahun 6 bulan sejak 17 Maret 2009. 


Ketidakstabilan pasar keuangan merupakan fenomena global yang bukan hanya dialami oleh Korea Selatan saja. Setelah AS mengambil langkah rasasa dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali secara berturut-turut, dolar AS mengalami penguatan luar biasa, sementara sejumlah mata uang utama di dunia melemah, sehingga memicu kekhawatiran akan meluasnya resesi.


Ketidakstabilan pasar keuangan adalah indikator utama ekonomi riil. Dengan demikian, kekhawatiran akan resesi dapat menjadi kenyataan. Bank-bank komersial lokal saat ini sedang mengkaji dampak risiko dengan simulasi nilai tukar won terhadap dolar melebihi 1.500 won. Sementara pasar saham memperkirakan KOSPI kemungkinan sulit mengalami pemulihan untuk sementara waktu. 


Oleh sebab itu, muncul kekhawatiran akan terulangnya krisis keuangan Asia. Bloomberg News pada tanggal 26 melaporkan kekhawatiran meningkat akan kemungkinan terulangnya krisis keuangan Asia tahun 1997 yang terjadi akibat anjloknya nilai yen Jepang dan yuan China, yang merupakan mata uang negara ekonomi terbesar di Asia. Terlebih lagi, kantor berita itu menyebut bahwa won Korea Selatan dan peso Filipina adalah mata uang terlemah di wilayah Asia.  


Ekonomi Korea Selatan kini sedang menghadapi krisis yang rumit dengan kenaikan tajam nilai tukar won terhadap dolar AS dan naiknya suku bunga AS yang lebih tinggi dibandingkan Korea Selatan. Hal ini akan menyebabkan daya saing ekspor Korea Selatan turun akibat kenaikan harga impor, serta kenaikan harga konsumen akan sulit dikendalikan, dan modal asing akan bergerak ke luar dari pasar keuangan Korea Selatan. Dengan demikian, suku bunga terpaksa dinaikkan, tetapi kenaikannya akan mendatangkan resesi ekonomi akibat terjadinya penyusutan konsumsi dan memburuknya kondisi keuangan perusahaan.


Wakil Perdana Menteri Urusan Ekonomi Korea Selatan memandang kondisi kompleks ini akan terus berlanjut untuk sementara waktu dan pemerintah sedang berupaya semaksimal mungkin untuk menangani masalah ini.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >