ⓒ KBS

Korea Utara berkomitmen membangun perumahan, di tengah kesulitan yang dipicu oleh sanksi internasional dan pandemi COVID-19 yang berkelanjutan. Selama kongres partai di bulan Januari lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berjanji untuk membangun 50 ribu unit apartemen di Pyongyang selama lima tahun ke depan, dengan maksud untuk membangun 10 ribu unit setiap tahun. 

Akhir-akhir ini, media Korea Utara telah mengabarkan topik ini secara besar-besaran sebagai upaya nyata untuk menyorot proyek untuk menambah mata pencaharian masyarakat serta pencapaian sang pemimpin tersebut. Korea Utara mempertahankan sikap garis kerasnya terhadap pemerintahan Biden di AS, tapi rezim tersebut dapat kehilangan kepercayaan publik jika gagal menyelesaikan masalah ekonomi yang dihadapi rakyat. Kegentingan serupa mendorong negara itu untuk terus bergerak maju dalam membangun perumahan. 

Menurut sebuah laporan dari badan intelijen Amerika Serikat tahun lalu, 12 persen dari populasi Korea Utara terkonsentrasi di Pyongyang. Setelah perang berakhir, Korea Utara mendorong rencana untuk menjadikan Pyongyang sebagai kota sosialis yang ideal dengan bantuan Uni Soviet dan negara-negara sosialis di Eropa Timur. Namun sayangnya, rumah yang dibangun dalam proses itu sekarang sudah sangat kuno. Perekonomian Korea Utara tidak membaik sejak akhir tahun 1980-an, maka terlewat sudah waktu untuk membangun kembali atau merenovasi bangunan tua. Sekitar sepuluh tahun lalu, Jelas sekali perumahan di Pyongyang kurang. Menyelesaikan masalah ini adalah salah satu tugas yang mendesak bagi rezim Korea Utara. 

Tampaknya pembangunan perumahan sedang dilaksanakan di berbagai wilayah di Korea Utara. Namun rencana pembangunan berskala besar, termasuk pembangunan Rumah Sakit Umum Pyongyang dan kawasan wisata pesisir Wonsan-Kalma, telah ditunda karena kesulitan ekonomi. Patut dipertanyakan apakah Korea Utara mampu melaksanakan proyek pembangunan perumahan baru tersebut dengan lancar atau tidak.