ⓒ YONHAP News

Perubahan iklim adalah salah satu tantangan paling mendesak yang dihadapi masyarakat dunia. Korea Selatan dan Korea Utara mungkin merasa relatif tidak terlalu terbebani oleh kerja sama di bidang kehutanan, yang tidak banyak berhubungan dengan ideologi politik. Karena itulah Korea Selatan berusaha mendorong kerja sama lintas batas kedua Korea di bidang kehutanan dan kesehatan. 

Belakangan ini, media Korea Utara pun menggarisbawahi perlunya memulihkan hutan dari kerusakan, mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak pemanasan global. Hutan menutupi dua pertiga dari total luas tanah Korea Utara. Selama periode kesulitan ekonomi yang ekstrem pada 1990-an, penduduk setempat yang menderita kelangkaan pangan menebang pohon-pohon dalam skala besar untuk dijadikan lahan sawah pertanian dan sebagai bahan bakar. Akibatnya, deforestasi di negara itu memburuk. Pemimpin Kim Jong-un telah mempercepat proses reforestasi, dengan media lokal merilis foto pemimpin yang sedang menanam pohon secara langsung. Selama kongres ketujuh Partai Buruh pada tahun 2016, Korea Utara mengumumkan strategi pembangunan ekonomi lima tahun, yang mencakup perjuangan pembangunan hutan dan lingkungan. 

Deforestasi di Korea Utara jauh lebih serius dari yang kita sangka. Hilangnya tanah dan pohon dari hutan pegunungan dapat menyebabkan palung sungai naik sehingga menyebabkan banjir. Reboisasi adalah masalah yang sangat mendesak bagi Korea Utara. Mungkin secara relatif mudah bagi Korea Selatan dan Korea Utara untuk membahas masalah non-politik ini, bersama dengan masalah perawatan kesehatan, sebagai bidang prioritas kerja sama yang sebelumnya pernah disekapati oleh kedua Korea. Korea Selatan dan Korea Utara berbagi gunung dan hutan, sehingga mereka dapat mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan melalui kerja sama di bidang ini. Itulah sebabnya Korea Utara pun membuka kemungkinan kerja sama dengan Korea Selatan untuk program reboisasi dalam rangka penciptaan komunitas kehidupan antar-Korea.