Sebuah upacara nasional digelar pada hari Selasa (18/05) untuk mengenang para korban yang mengorbankan nyawanya dalam perjuangan mencapai demokrasi dan penegakan hak asasi manusia (HAM) di Gwangju pada tahun 1980.
Upacara kali ini merupakan peringatan ke-41 Gerakan Demokratisasi Gwangju 18 Mei yang digelar di Pemakaman Nasional 18 Mei di kota bagian barat daya Korea Selatan itu.
Sejumlah 99 orang menghadiri upacara tersebut, sesuai dengan aturan pencegahan penyakit, termasuk diantaranya Perdana Menteri Kim Boo-kyum, para pemimpin politik, pejuang yang selamat dan para keluarga korban.
Perdana Menteri Kim Boo-kyum menyerukan agar warga Korea Selatan memegang teguh semangat pro-demokrasi Gwangju 1980 demi persatuan nasional.
Dia juga berjanji untuk melanjutkan upaya pengungkapan kebenaran di balik kebrutalan junta militer saat itu terhadap para demonstran pro-demokrasi Gwangju.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan maaf yang tulus dan pengampunan, dan penyebaran semangat Gwangju ke seluruh negeri dan dunia demi tercapainya kesatuan.
Pada tahun 1980, warga Gwangju melawan junta militer yang dipimpin oleh Chun Doo-hwan. Pasukan militer darurat dan pasukan terjun payung dikerahkan untuk menyegel kota dan melakukan tindak kekerasan brutal terhadap para demonstran.