Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (11/05) waktu setempat menggelar rapat untuk membahas penanggulangan peluncuran rudal balistik antar-benua (ICBM) Korea Utara, namun gagal mencapai kesepakatan akibat penolakan China dan Rusia.
Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang yang meminta penyelenggaraan pertemuan tersebut mengecam uji coba rudal balistik Korea Utara dan menegaskan bahwa langkah tanggapan tambahan atas negara komunis itu harus dilanjutkan.
Linda Thomas‑Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB, mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa duduk diam dan menunggu Korea Utara melakukan tindakan ilegal, provokatif, dan berbahaya, seperti uji coba nuklir.
Duta Besar Korea Selatan untuk PBB Cho Hyun mengujarkan bahwa kini adalah saatnya untuk bertindak keras dan cepat untuk menyampaikan pesan kepada Korea Utara untuk tidak meningkatkan tingkat aksi militernya.
Sebagian besar negara anggota Dewan Keamanan PBB menyatakan pihaknya sependapat dengan Korea Selatan dan AS.
Akan tetapi, China dan Rusia tidak menyetujui hal tersebut dengan alasan penguatan sanksi tidak dapat menyelesaikan masalah. Menurutnya, aksi Korea Utara akibat AS tidak menghiraukan permintaan Korea Utara.
Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan bahwa China mendesak semua pihak bersangkutan untuk mengambil arah yang benar, dialog dan musyawarah serta sikap menahan diri dan sabar.
China dan Rusia menyatakan pihaknya sedang membuat resolusi untuk mendesak dialog bukan sanksi terhadap Korea Utara, sementara AS mengkritik kedua negara tersebut menghalangi upaya masyarakat internasional.
AS mengatakan pihaknya tetap akan meneruskan upaya diplomasi dengan Korea Utara, terlepas dari sanksi PBB.
Dalam kesempatan yang sama, AS menegaskan pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintahan baru Korea Selatan dalam menangani ancaman berulang dari Pyongyang.