Agenda pembahasan utama partai berkuasa dan oposisi seusai masa liburan Tahun Baru Imlek berfokus pada ekonomi, khususnya lonjakan harga energi untuk penghangat ruangan. 

Partai oposisi utama, Partai Demokrat, mengatakan bahwa akibat kenaikan tarif gas sebanyak empat kali pada tahun lalu, sebagian besar rumah tangga harus membayar biaya penghangat ruangan yang naik lebih dari dua kali lipat.

Bukan hanya itu saja, ditambahkannya bahwa harga energi untuk penghangat akan semakin naik ke depan, namun pemerintah tampak tidak menyediakan langkah untuk mengatasi masalah tersebut. 

Demikian, partai oposisi mengusulkan langkah tanggapan, seperti alokasi anggaran tambahan senilai 30 triliun won bagi kelompok masyarakat rentan. 

Sementara itu, partai berkuasa, Partai Kekuatan Rakyat, menuduh partai oposisi berniat menimbulkan konflik politik dengan mengangkat masalah biaya penghangat ruangan. 

Pihak Partai Kekuatan Rakyat mengklaim bahwa tarif gas selama masa pemerintahan Moon Jae-in naik dua hingga tiga kali lipat, sedangkan biaya penghangat ruangan kini hanya meningkat 13 persen. Ditambahkannya bahwa pemerintahan saat ini harus menanggung beban lonjakan tarif dari pemerintahan sebelumnya.

Pihaknya juga memprotes kebijakan bebas pembangkit listrik tenaga nuklir yang dijalankan di bawah pemerintahan sebelumnya. 

Partai berkuasa menyampaikan pemerintah akan menyediakan kebijakan bagi kelompok rentan sebagaimana harga energi yang melonjak adalah masalah global, namun menolak seruan penyusunan anggaran tambahan yang diajukan partai oposisi.