Biaya listrik, gas, dan penghangat rumah tangga melonjak lebih dari 30 persen pada Januari dibandingkan setahun lalu, menjadi kenaikan terbesar sejak krisis keuangan tahun 1998.

Bukan hanya itu saja, harga barang yang dirasakan secara langsung juga tetap tinggi, sebagaimana kenaikan bulanan harga makanan, seperti makanan dan minuman non-alkohol, tercatat di level tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Berdasarkan data dari Portal Statistik Nasional (KOSIS) milik Badan Pusat Statistik Korea pada Minggu (05/02), indeks harga bahan bakar, termasuk listrik dan gas, tercatat sebesar 135,75 pada bulan lalu, naik 31,7 persen dibandingkan setahun sebelumnya.

Ini merupakan pertumbuhan terbesar sejak indeks tersebut mencatatkan kenaikan 38,2 persen pada April 1998. 

Indeks itu memuat tren harga komoditas energi yang digunakan rumah tangga, seperti listrik, gas alam, bahan bakar gas cair dan lain sebagainya. 

Di tengah cuaca yang sangat dingin pada musim dingin ini, biaya energi di bulan Januari melonjak dibandingkan setahun sebelumnya. 

Harga listrik melonjak 29,5 persen di Januari, merupakan pertumbuhan terbesar dalam 42 tahun sejak bulan Januari 1981 saat harga meroket hingga 36,6 persen. 

Selain itu, harga gas melonjak 36,2 persen dan biaya penghangat ruangan meningkat 34 persen dibandingkan setahun lalu. 

Adapun, inflasi harga konsumen secara keseluruhan tampak melambat setelah mencapai puncaknya sebesar 6,3 persen pada Juli tahun lalu, namun harga makanan dan produk lain masih tinggi. 

Pada Januari, harga makanan dan minuman non-alkohol naik 5,8% dibandingkan setahun lalu, mengalami peningkatan kenaikan dibandingkan sebulan sebelumnya. 

Bahkan ke depannya, diperkirakan biaya listrik, gas dan transportasi umum akan mengalami kenaikan, sehingga beban masyarakat akna semakin meningkat.