Sejumlah warga Korea Selatan dan keluarga mereka yang sebelumnya menetap di Sakhalin, Rusia, telah kembali ke Korea Selatan pada hari Sabtu (27/11).
 
Mereka dipaksa bekerja di Sakhalin selama masa penjajahan Jepang dan tidak dapat kembali ke tanah air bahkan setelah kemerdekaan Korea.
 
Pemulangan dan pemukiman permanen bagi warga Korea Selatan yang sebelumnya sempat ditangguhkan untuk sementara waktu akibat pandemi COVID-19 itu baru saja mulai dijalankan kembali setelah dua tahun terhenti. 

Di Bandar Udara Internasional Incheon pada Sabtu (27/11), sejumlah 91 orang bersama anggota keluarga mereka akhirnya pulang ke Korea Selatan.
 
Pemulangan dan pemukiman permanen bagi warga Korea Selatan di Sakhalin kali ini merupakan yang pertama kalinya dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang (UU) Istimewa terkait, dan bukan sebagai proyek kemanusiaan seperti yang dilakukan sebelumnya. 
 
Sejak tahun 1990, sekitar 4.400 orang yang bermukim di Sakhalin telah dapat kembali ke Korea Selatan dan berhasil memperoleh kembali kewarganegaraan Korea Selatan berkat proyek kemanusiaan tersebut. 
 
Menyusul pemulangan 91 orang tersebut, sejalan dengan UU Istimewa itu, sejumlah 260 orang, termasuk 21 orang generasi pertama warga Korea di Sakhalin yang berusia rata-rata 88 tahun juga akan kembali ke Korea Selatan secara bertahap hingga 10 Desember.
 
Terlebih lagi mulai tahun ini, UU Istimewa itu akan menerima dukungan pemerintah Seoul untuk pemulangan dan pemukiman permanen bagi satu orang anak dan cucu dari warga Korea generasi pertama di Sakhalin dan suami atau istri mereka.
 
Warga Korea di Sakhalin akan tinggal di perumahan milik negara di Ansan, Provinsi Gyeonggido, dan Kota Incheon, setelah melewati masa karantina, kemudian akan menerima pelatihan pemukiman kembali selama tiga bulan.