Komite Transisi Kepresidenan Korea Selatan menyatakan pihaknya akan menyesuaikan cara perhitungan usia.

Selain menggunakan perhitungan usia seperti masyarakat di negara lain atau perhitungan internasional, masyarakat Korea juga menggunakan cara perhitungan usia Korea, di mana seorang bayi terhitung berumur 1 tahun sejak dilahirkan.

Oleh karena itu, Komite Transisi Kepresidenan mengatakan pihaknya akan menyiapkan rancangan revisi UU terkait penyesuaian tersebut dalam tahun ini. 

Terlebih lagi, dalam perhitungan usia Korea, seorang bayi yang lahir pada bulan Desember akan segera berusia dua dalam satu bulan setelah dilahirkan, sebagaimana dengan pergantian tahun, usia seseorang akan bertambah 1 tahun.

Akibatnya, banyak orang tua yang tidak ingin melahirkan anak pada bulan Desember. 

Karena itu, angka kelahiran selama tiga tahun terakhir menunjukkan jumlah bayi yang lahir di bulan Desember tercatat paling sedikit, dan kelahiran di bulan Januari mencatatkan jumlah yang paling banyak. 

Cara perhitungan usia yang berbeda ini juga menimbulkan kebingungan di pasar perekrutan tenaga kerja. 

Contohnya sebuah perusahaan yang melakukan perekrutan bagi pekerja berusia 60 tahun atau lebih. Pihaknya menerima banyak protes dari para pelamar kerja berusia internasional 59 tahun, sebagaimana menurut perhitungan usia Korea, usia mereka telah terhitung 60 tahun.

Menanggapi protes serupa, pihak perusahaan meminta kepada para pelamar untuk kembali melamar pekerjaan setelah usia mereka terhitung 60 tahun berdasarkan perhitungan usia internasional. 

Akibat masalah serupa, Komite Transisi Kepresidenan akan menetapkan standar perhitungan usia dengan menggunakan perhitungan internasional, yaitu dimulai dari hari kelahiran.

Seorang pejabat dari Komite Transisi Kepresidenan, Lee Yong-ho, mengatakan bahwa langkah ini disediakan untuk menyelesaikan masalah terkait perhitungan usia, mengutip kasus sengketa hukum mengenai interpretasi usia dalam sistem puncak gaji dan asuransi.