Pemerintah Korea Selatan menggarisbawahi kenaikan harga rumah akhir-akhir ini didorong oleh faktor psikologis, selain faktor pengadaan dan permintaan rumah, oleh karena itu harga rumah melonjak ke level tertinggi.
Dilihat dari jumlah okupansi rumah sebanyak 460.000 unit secara nasiaonal di tahun ini, dan 83.000 unit rumah di Kota Seoul, yang angka rata-ratanya tetap terjaga, mengindikasikan tidak adanya kekurangan ketersediaan perumahan.
Wakil Perdana Menteri urusan Perekonomian Korea Selatan Hong Nam-ki membuat pernyataan tersebut pada hari Rabu (28/07) kepada publik guna mestabilkan pasar perumahan.
Hong kembali menegaskan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk memantau pasar dan situasi likuiditas pasar ke depan daripada terburu-buru membeli rumah karena khawatir akan kelangkaannya.
Dia juga mengatakan pemerintah berkomitemen untuk memprioritaskan ketersediaan rumah guna meredakan kekhawatiran pasar.
Untuk itu, pemerintah memutuskan untuk mempercepat proses pengajuan pendaftaran untuk membeli apartemen agar kinerja kebijakan pangadaan rumah dapat dibuat secepat mungkin.
Hong melontarkan bahwa pemerintah akan melaksanakan rencana pengadaan perumahan yang sudah ada dengan lancar, dan selanjutnya akan berkerja keras untuk mempercepat jadwal pengadaan.
Dia menambahkan bahwa tahun ini pemerintah akan menjaga kenaikan utang rumah tangga di angka 5-6 persen, dan memperketat pinjaman real estat.
Menurutnya, dalam paruh kedua tahun ini, pemerintah tampak akan menempatkan stabilitas pasar real estat sebagai prioritas utama, dan akan berupaya sekuat mungkin untuk meningkatkan jumlah pengadaan perumahan, pengendalian pinjaman, dan memberantas kegiatan spekulasi pasar real estat.