Pemerintah Korea Selatan menetapkan dua skenario untuk netralitas karbon 2050 dengan target emisi karbon nol.

Dua skenario itu memuat cara untuk mencapai jumlah emisi karbon nol sampai tahun 2050 mendatang. 

Skenario tersebut telah lebih dikembangkan dibandingkan rencana sebelumnya dengan emisi karbon maksimal 25,4 juta ton. 

Presiden Moon Jae-in mengatakan bahwa tanggapan dunia internasional sangat mendesak. Jumlah negara yang mendeklarasikan netralitas karbon atau mendukung gagasan tersebut setelah Persetujuan Paris tahun 2015 lalu telah mencapai 134 negara, dan sebagian besar dari negara-negara tersebut telah meningkatkan target penurunan gas rumah kaca negara mereka. 

Pembangkit listrik tenaga batu bara di Korea Selatan akan sepenuhnya ditutup hingga tahun 2050 mendatang. 

Skenario B memuat rencana untuk mempertahankan pembangkit listrik LNG, sedangkan skenario A memuat penghentian seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara dan LNG. 

Sektor industri harus menggunakan teknologi rendah karbon untuk menurunkan emisi karbon sebesar 80 persen dibandingkan tahun 2018, dan perusahaan-perusahaan di bidang pengangkutan harus mengganti lebih dari 85 persen kendaraan dengan mobil hidrogen atau mobil listrik. 

Dengan demikian, Korea Selatan akan dapat menurunkan emisi karbon sebesar 40 persen dari tahun 2018 pada tahun 2030 mendatang. 

Target itu meningkat 13,7 persen dari target awal, sehingga harus dilakukan pengurangan emisi karbon sebesar 4,17 persen setiap tahun. 

Selain itu, terdapat sebuah rencana untuk meningkatkan porsi energi daur ulang sebesar lima kali lipat, menurunkan 44 persen emisi karbon di sektor pembangkit listrik dan 14,5 persen di bidang industri. 

Pemerintah berencana untuk menetapkan rencana-rencana tersebut dalam sidang kabinet minggu depan, dan mendeklarasikannya secara resmi di sidang umum Konferensi Perubahan Iklim PBB yang akan digelar di Inggris pada bulan depan.