Harga konsumen Korea Selatan pada bulan lalu naik 3,2 persen dibandingkan setahun sebelumnya. 

Angka itu merupakan yang tertinggi dalam 9 tahun 9 bulan sejak bulan Januari tahun 2012. 

Rasio kenaikan harga konsumen tahun ini tetap berada di kisaran 2 persen selama enam bulan sejak bulan April lalu, dan kemudian melampaui kisaran 3 persen pada bulan Oktober lalu.

Hal tersebut dipengaruhi kenaikan harga minyak bumi. Khususnya harga bensin dan diesel yang mengalami kenaikan lebih dari 27 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, sehingga mencatatkan kenaikan terbesar sejak bulan Agustus tahun 2008. 

Akibatnya, harga produk hasil produksi juga naik lebih dari 4 persen. 

Harga jasa mengalami kenaikan drastis. Khususnya, harga telepon pintar naik 25 persen dan harga jasa asuransi juga naik hampir 10 persen. 

Biaya makan di luar naik lebih dari 3 persen, dan harga perumahan, khususnya harga sewa rumah, menunjukkan kenaikan tertinggi sejak bulan November tahun 2017. 

Indeks harga barang kebutuhan sehari-hari naik 4,6 persen, merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. 

Seorang pejabat di Badan Pusat Statistik Nasional Korea Selatan mengatakan bahwa kenaikan harga hasil pertanian, peternakan dan perikanan menghadapi stagnasi, namun akibat efek dasar dari dukungan pemerintah untuk biaya telekomunikasi, maka harga jasa umum dan pribadi meningkat.

Pemerintah menyatakan akan berupaya agar langkah penurunan pajak bahan bakar sebesar 20 persen yang diumumkan pada bulan lalu dapat segera diterapkan dan tercermin dalam harga konsumen, serta pihaknya akan mengadakan kegiatan diskon besar-besaran dan meningkatkan pasokan sayuran. 

Namun, kenaikan harga minyak internasional, gangguan rantai pasokan, dan peningkatan konsumsi seiring transisi ke kehidupan "dengan COVID-19" membuat harga konsumen sulit distabilkan untuk sementara waktu.