Terowongan modern di Tambang Sado di Jepang merupakan tempat mobilisasi paksa warga Korea selama masa penjajahan Jepang.

Tambang emas Jepang yang telah aktif selama sekitar satu abad itu kini memamerkan sejumlah foto dan teks penjelasan di sepanjang terowongannya.

Namun, tidak disebutkan fakta bahwa warga Korea dimobilisasi secara paksa selama masa Perang Pasifik untuk mengamankan persediaan perang.

Prefektur Niigata yang mempromosikan pendaftaran Tambang Sado sebagai Situs Warisan Dunia mengatakan kepada KBS bahwa pihaknya tidak sedang mempertimbangkan penyebutan perihal kerja paksa tersebut.

Ketua Bagian Promosi Pendaftaran Situs Warisan Dunia Prefektur Niigata, Yumiko Oda, mengatakan bahwa hal ini adalah masalah diplomatik yang menjadi tanggung-jawab pemerintah, dan sebagai pegawai pemerintah daerah, dia sulit untuk memberikan tanggapan terkait.

Kementerian Kebudayaan Jepang mengumumkan bahwa Tambang Sado dipilih sebagai satu-satunya calon untuk Situs Warisan Dunia karena nilai universal yang luar biasa dari pertambangan tersebut telah mendapat pengakuan.

Namun, masalah pendaftaran Warisan Dunia situs mobilisasi paksa warga Korea adalah masalah sensitif antara Korea dan Jepang sejak pendaftaran Pulau Hashima, sebuah pulau yang terletak di dekat Kota Nagasaki.

Terlebih lagi, kali ini pun keterangan terkait kerja paksa warga Korea tidak akan disebut dalam pendaftaran Situs Warisan Dunia tersebut karena pihak Jepang mengecualikan keterangan mengenai masa pemerintahan kolonial Jepang dalam aplikasi pendaftaran.

Pemerintah Jepang dilaporkan berencana untuk segera mengajukan surat rekomendasi resmi kepada UNESCO.

Setelah itu, keputusan UNESCO untuk penetapan Tambang Sado sebagai Situs Warisan Dunia akan dikeluarkan pada tahun 2023.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan telah menyuarakan protes kepada Ketua Bagian Budaya di Kedutaan Besar Jepang untuk Korea Selatan agar pemerintah Jepang menarik rencana pendaftaran Tambang Sado sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.