Korea Utara mengeklaim bahwa kasus pertama COVID-19 di negaranya berasal dari wilayah dekat perbatasan Korea Selatan, sekaligus menyalahkan pihak Korea Selatan sebagai biang merebaknya wabah COVID-19 yang melanda Korea Utara. 
 
Klaim ini berasal dari hasil inspeksi Markas Besar Pencegahan Wabah Darurat Korea Utara yang kemudian dikutip Kantor Pusat Berita Korea Utara (KCNA) pada Jumat (01/07), bahwa ada beberapa warga asal Ipho, Kabupaten Kumgang, Provinsi Kangwon, Korea Utara yang berkunjung ke Pyongyang dan kemudian alami demam pada April lalu.
 
Hasil inspeksi ini juga menyatakan bahwa peningkatan jumlah kasus demam juga terkait kontak erat dengan para warga ini.
 
Adapun kawasan Ipho ini berbatasan langsung dengan kawasan Inje dan Yanggu di Provinsi Gangwon, Korea Selatan.
 
KCNA juga melaporkan bahwa ada prajurit berusia 18 tahun dan anak taman kanak-kanak usia lima tahun yang bertemu dengan “obyek tak dikenal” di sebuah bukit dan pemukiman kawasan Ipho pada awal April sebelum pada akhirnya menunjukkan gejala dan positif COVID-19.
 
Klaim ini juga kemudian menuduh bahwa balon-balon yang kerap diterbangkan ke wilayah Korea Utara dari Korea Selatan adalah sumber wabah ini. Balon-balon ini umum diterbangkan oleh para pembelot Korea Utara dan para aktivis hak asasi manusia dan berisikan pamflet anti-Pyongyang dan bantuan kemanusiaan melintasi perbatasan dua Korea meski Pyongyang terus memprotesnya.
 
Sementara itu, jumlah kasus demam harian di Korea Utara yang diduga COVID-19 bertahan di bawah kisaran 10 ribu kasus selama sepekan terakhir.
 
Adapun Rodong Sinmun, surat kabar resmi partai berkuasa Korea Utara, memberitakan pada Rabu (29/06) bahwa markas besar pencegahan epidemi darurat negara itu melaporkan diagnosis 4.570 kasus baru dengan gejala demam hingga pukul 18.00 hari sebelumnya. Catatan ini sekaligus menaikkan jumlah total kasus COVID -19 di Korea Utara menjadi 4.744.430 kasus.

[Photo : YONHAP News]