Napak Tilas Korea

Open the window of AODEra Multibudaya Di Korea Selatan

Era Multibudaya Di Korea Selatan

2015-12-15

List

Menurut data penduduk warga asing pada tahun 2015 yang diumumkan oleh Kementerian Keamanan dan Administrasi Publik, jumlah warga asing yang tinggal di Korea Selatan pada bulan Januari tahun 2015 mencapai 1.741.919 orang. Jika menambahkan jumlah warga asing yang menjadi imigran pernikahan, jumlahnya melebhi 2 juta orang. Jumlah buruh warga asing, imigran dari pernikahan, dan anak-anak dari keluarga multibudaya semakin meningkat. Jumlah warga asing yang tinggal di Korea Selatan meningkat sampai 1 juta 560 ribu orang pada tahun 2014 dari 537 ribu orang pada tahun 2006 ketika survei terkait mulai dilaksanakan.

Jumlah warga asing pada tahun 2015 meningkat sebesar 170.000 orang, sehingga jumlah warga asing mencapai 3,4% dari seluruh penduduk Korea Selatan pada bulan Januari tahun 2015. Selain itu, jumlah 'kota multibudaya' dimana jumlah warga asing melebihi 5% dari seluruh warta penduduk juga mencapai 12 kota. Sebenarnya, Korea Selatan tidak memiliki pengalaman yang tinggal bersama bangsa lain dari sisi budaya dan sejarah. Namun, Korea Selatan mulai hidup bersama dengan warga asing sejak akhir tahun 1990-an. Memasuki tahun 1990-an, kekurangan tenaga kerja di perusahaan kecil dan menengah menjadi masalah sosial yang serius.

Pemerintah menerapkan 'sistem latihan industri' pada tahun 2003 untuk memecahkan masalah tersebut, dan mulai tahun berikutnya, Korea Selatan menerima warga asing sebagai tenaga kerja. Dengan pelaksanaan 'sistem latihan industri,' jumlah tenaga kerja asing pada tahun 2003 melebihi 350 ribu orang. Namun, status mereka bukan pekerja tetap, melainkan peserta latihan, sehingga mereka dimanfaatkan sebagai tenaga kerja yang murah. Akibatnya, muncul masalah buruk seperti pemotongan gaji, pelanggaran HAM, dll, bahkan ada tenaga kerja ilegal yang melarikan diri dari perusahaan latihan. Karenanya, banyak yang menyuarakan pencabutan 'sistem latihan industri.' Akhirnya, pemerintah Korea Selatan melaksanakan 'sistem izin perekrutan bagi warga asing' agar perusahaan yang mengalami kekurangan tenaga kerja bisa mempekerjakan tenaga kerja asing secara legal. Bersamaan dengan pemberlakuan sistem tersebut, pemerintah Korea Selatan membolehkan masuknya tenaga kerja asing dari 15 negara meliputi Filipina, Cina, Bangladesh, Nepal, dll. Setelah itu, jumlah tenaga kerja asing yang mengunjungi Korea Selatan untuk 'Korean Dream' meningkat drastis.

Bersamaan dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja asing pada tahun 90-an, jumlah perempuan warga asing yang menjadi imigran pernikahan meningkat, sehingga Korea Selatan memasuki era multibudaya. Penyebab utama era multibudaya adalah pernikahan internasional yang dilakukan oleh pemuda di desa pertanian. Akibat ketidakseimbangan jumlah laki-laki dan wanita di desa pertanian, maka pernikahan internasional banyak dilaksanakan. Rasio jumlah pernikahan internasional pada tahun 1990 mencapai 1,2% dan jumlah itu meningkat sampai 10% pada tahun 2010. Jumlah imigran pernikahan mencapai 300 ribu orang. Pemerintah dan badan swasta membantu mereka melalui berbagai pendidikan dan langkah yang dibutuhkan. Sejalan dengan meningkatnya pernikahan internasional, jumlah anak-anak dari keluarga multibudaya turut meningkat.

Selain itu, pemerintah melaksanakan berbagai langkah untuk anak-anak dari keluarga multibudaya yang bisa mengucapkan dua bahasa agar mereka tumbuh sebagai tenaga kerja yang memimpin era global di masa depan.

Batas negara semakin rendah dan pertukaran antar bangsa aktif dijalankan di era ini.... Korea Selatan sedang mempelajari cara untuk menjalani kehidupan secara bersama melalui era multibudaya. Pada saat ini, Korea Selatan sedang memimpikan era multibudaya yang akan datang bersama warga asing di Korea Selatan.