|
Lawatan Trump ke Korsel dan Pertemuan Puncak antara Korsel-AS |
|
2017-11-09
|
| |
Presiden AS Donald Trump melawat ke Korea Selatan pada tgl. 7 dan 8 November. Dia merupakan presiden AS pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Selatan selama 25 tahun terakhir. Jadwal Trump di Korea Selatan sangat padat dalam sekitar 25 jam, Trump melakukan beberapa kegiatan termasuk pertemuan puncak dengan Presiden Moon Jae-in. Meski itu adalah kunjungan singkat, namun perjalanan Trump ke Korea Selatan dipercayai untuk mempertegas persekutuan antara kedua negara.
Kedua pemimpin menyampaikan dengan satu suara perlunya untuk menanggapi secara lebih keras ancaman nuklir dan rudal Korea Utara dan berpusat pada tekanan dan sanksi guna mendorong Korea Utara untuk kembali ke meja dialog. Moon dan Trump juga mengadopsi pedoman misil baru yang mencabut batasan berat hulu ledak untuk rudal Korsel. Militer Korea Selatan diperkirakan akan bermampu mengembangkan rudal balistik yang lebih kuat dengan hulu ledak yang lebih berat untuk lebih memperkuat daya pertahanan diri terhadap ancaman nuklir dan rudal Korut. Pada hari kedua kunjungannya ke Seoul, Trump berpidato di Majelis Nasional Korea Selatan. Ini adalah pertama kalinya dalam 25 tahun bagi seorang presiden AS untuk berpidato di Parlemen Korea Selatan. Trump mengatakan persekutuan Korsel dan AS dimulai dari pertempuran dan diperkuat oleh cobaan sejarah. Dia mengutuk keras situasi hak asasi manusia yang mengerikan di Korea Utara, dengan mendefinisikan rezim Kim Jong-un sebagai ‘diktator kejam’. Dia juga mendesak Cina dan Rusia untuk bekerjasama dalam penyelesaian masalah nuklir dan rudal Korea Utara.
Dalam hal kunjungan Trump ke Korsel, Korea Utara mengecam kedua pemimpin dari Korea Selatan dan AS, serta gerakan mereka untuk memperkuat kerja sama erat. Dalam sebuah komentar pada tgl. 8 November, harian resmi Korea Utara Rodong Sinmun mengatakan Trump terbang ke Korsel karena dirinya berupaya untuk meningkatkan ancaman militer terhadap Korea Utara dan berniat untuk memicu perang nuklir. Perhatian justru tertuju pada bagaimana reaksi Korea Utara ke depan. |
|
Daftar 