Naskah Kamus Bahasa Korea Dari Ju Si-gyeong Didaftarkan Sebagai Warisan Budaya
Badan Urusan Warisan Seni-Budaya menyatakan pihaknya mendaftarkan sejumlah peninggalan terkait dengan bahasa Korea modern sebagai warisan budaya untuk menyambut Hari Hangeul yang jatuh pada tanggal 9 Oktober. Jumlah peninggalan tersebut mencapai 7 jenis yang bernilai tinggi dari segi sejarah dan akademis, termasuk 'Naskah Malmoi' yang ditulis oleh ahli bahasa Korea Ju Si-gyeong pada tahun 1911 untuk menerbitkan kamus bahasa Korea. Khususnya, naskah tersebut dianggap sebagai data berharga, walaupun tidak berhasil diterbitkan sebagai kamus. Nah, kalau begitu, siapa ahli bahasa Korea Ju Si-gyeong tersebut?
Memutuskan Untuk Meneliti Bahasa Korea
Ju Si-gyeong yang lahir pada tahun 1876 di provinsi Hwanghae pindah ke Seoul saat dia berusia 12 tahun, karena dia menjadi anak angkat dari pamannya Ju Hak-man. Setelah itu, Ju Si-gyeong belajar aksara Cina di sekolah tradisional 'Seodang' sampai dia berusia 17 tahun. Sambil menyaksikan penampilan teman-temannya yang mudah memahami bahasa Korea dari terjemahan tulisan Cina, dia memutuskan untuk mengembangkan bahasa Korea secara lebih mendalam lagi, dan tidak mempelajari huruf Cina yang dinilai sangat sulit.
Demikianlah, dia mulai menaruh perhatian pada huruf Korea dan pada tahun 1894, dia masuk ke sekolah Baejae untuk belajar ilmu dari Barat. Pada waktu itu, dia menyadari bahwa bangsa di negara kuat dan beradab menggunakan huruf tersendiri mereka, sehingga merasakan kembali betapa pentingnya miliki huruf negara sendiri. Dengan demikian, dia menerjemahkan Kitab Suci Agama Kristen dalam bahasa Korea bersama misionaris Appenzeller, dan pada tahun 1896, dia bekerja sebagai editor untuk Harian 'Kemerdekaan' berkat jurnalis Seo Jae-phil.
Memusatkan Pikiran Untuk Meneliti Huruf Korea
Harian 'Kemerdekaan' yang diterbitkan pada bulan April 1896 adalah surat kabar sipil pertama dan berbahasa Korea. Untuk menerbitkan Harian berbahasa Korea, Ju Si-gyeong mengembangkan cara menulis huruf Korea dan ortografi. Namun, setelah penerbit Harian 'Kemerdekaan', Seo Jae-phil pergi ke Amerika Serikat akibat penindasan pemerintah. Dia ikut ambil bagian dalam sejumlah badan kemerdekaan untuk menggelorakan semangat rakyat. Selain itu, dia membuat sejumlah buku terkait dengan huruf Korea, sehingga dia banyak menmberikan kontribusi untuk menyempurnakan teori huruf Korea secara sistematis.
Julukan 'Ju-bottari'
Ju Si-gyeong berupaya memperkenalkan bahasa Korea. Untuk mengajarkan bahasa Korea selama 40 jam sepekan, dia selalu membawa bungkusan yang mengandung buku pelajaran, sehingga dia dijuluki sebagai 'Ju-bottari.' Demikianlah, dia memusatkan pikiran untuk memperkenalkan huruf Korea. Al-hasil, dia berhasil mendirikan 'Badan Pengkajian Bahasa Joseon' bersama sejumlah muridnya pada tahun 1921 dan pada tahun 1933, dia menetapkan 'Kaidah Ejaan Korea.'
Ilmuwan Terunggul Kecuali Raja Agung Sejong
Setelah Korea kehilangan hak negara akibat aneksasi Korea oleh Jepang pada tahun 1910, Ju Si-gyeong membuka kelas bahasa Joseon di SLTP Boseong untuk mengajarkan bahasa Korea dan menanamkan semangat bangsa. Namun, pada tanggal 27 Juli 1914, dia meninggal dunia dalam usia 38 tahun akibat penyakit kronis yang idapnya.
Ju Si-gyeong tetap berupaya menjaga dan mengembangkan huruf Korea, walaupun ada penindasan Jepang untuk tidak menggunakan bahasa Korea. Dia juga banyak memberikan kontribusi untuk mempopulerkan dan memodernisasikan huruf Korea dengan memperbaiki huruf Korea secara lebih mudah agar mudah dipelajari. Dari segi itu, Ju Si-gyeong adalah ahli bahasa Korea yang meneruskan semangat Raja Agung Sejong.