Jin Chae Seon, gadis yatim piatu yang sejak kecil dititipkan di rumah Gisaeng. Pada suatu hari, ia mendengar pansori dan bertekad untuk menjadi seorang sorrikun, sebutan bagi para penutur pansori. Sebuah pekerjaan yang di masa itu terlarang bagi seorang perempuan.
Seakan tak peduli akan larangan itu, Chae Seon pun menyamar menjadi seorang lelaki demi untuk menyanyikan lagu-lagu pansori yang sangat dia cintai itu.
"Janganlah terlalu bersedih hati.
Menangislah sejadi-jadinya, setelah itu kau pun lalu akan tertawa."
Itulah kata-kata sang guru yang selalu Chae Seon ingat tentang sesuatu yang dinamakan dengan pansori.
Berbekal kata-kata sang gurunya itu, Chae Seon pun berusaha menjadi seorang penutur pansori yang kisahnya terus diceritakan turun temurun sampai sekarang ini.
Adalah Shin Jae Hyo, guru Dongrijeongsa, sebuah padepokan pansori di dekat Chae seon tinggal yang menerima Chae Seon sebagai seorang murid.
Jae Hyo sebenarnya mengetahui bahwa Chae Seon adalah seorang perempuan yang tidak diperbolehkan untuk membawakan lagu-lagu pansori.
Namun karena melihat tekad dan mendengar suara Chae Seon yang memang berbakat itu, Jae Hyo pun mengangkat Chae Seon sebagai seorang murid dan mengajarkan pansori kepadanya.
Tak hanya itu, Chae Seon diajaknya untuk mengikuti sebuah sayembara kerajaan dengan menyamar sebagai laki-laki. Namun apa daya, penyamaran Chae Seon pun terbongkar di saat seleksi sayembara dan murid-murid Jae Hyo saat itu pun tidak dapat mengikuti sayembara tersebut. Jae Hyo pun dijatuhi hukuman berat dan dimasukkan dalam penjara. Sementara itu, Chae Seon yang berusaha menyelamatkan sang guru membuat taruhan dengan sang penguasa untuk menampilkan pansori yang harus menjadi juara dalam sayembara kerajaan itu dan diterima oleh semua masyarakat yang menontonnya. Dengan seluruh jiwanya, Chae Seon pun berusaha menyanyikan sebuah pansori yang mungkin akan menjadi nyanyiannya yang terakhirnya.