Menjadi pemuas nafsu para tentara Jepang mungkin tak pernah ada di benak Jungmin yang tinggal di sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk-pikuk perang. Dengan derai airmata orangtuanya, pada suatu hari Jungmin yang masih berusia 14 tahun dan tak tahu apa-apa itu pun dibawa pergi dengan paksa dari rumahnya. Dari desanya yang damai itu, Jungmin yang telah sedikit mengenyam pendidikan di sekolah Jepang, berbekal sedikit uang dan sebuah jimat dari sang ibu, terpaksa mengikuti tentara Jepang ke sebuah tempat yang tak pernah ia datangi sebelumnya.
Dia pun terpaksa menemui sebuah takdir kelam yang akan menghantuinya sepanjang hidupnya nanti. Bersama beberapa gadis kecil yang lain yang berusia rata-rata 14 sampai 16 tahun, Jungmin ditempatkan di sebuah barak.
Di sebuah kamar kayu kecil, Jungmin harus melayani puluhan tentara Jepang setiap harinya dengan waktu istirahat 10 menit. Diperlakukan bak seekor binatang yang jauh dari kehidupan Geisha yang sering digambarkan di televisi dengan gaya hidupnya yang glamor, Jungmin mendapat perlakuan yang kasar setiap harinya, tanpa ampun harus memuaskan nafsu para tentara di barak itu.
Dengan wajah dan tubuh yang penuh luka, Jungmin pun sering melihat teman-temannya meninggal secara mengenaskan karena tidak kuat dengan perlakuan yang sangat kejam ini. Tak tahan dengan perlakuan ini dan dibantu oleh seorang tentara yang merasa kasihan padanya, Jungmin bersama teman-teman sebayanya pun berencana untuk melarikan diri dari barak tersebut.