Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Bunga Plum

#Citra Musik Korea l 2013-04-10

Citra Musik Korea

Bunga Plum
Makin banyak tahu tentang budaya makin Anda memahami dan menghargainya, lalu dapat mencintainya juga. Hal itu sama juga dalam bidang kebudayaan tradisional Korea, termasuk musik. Kalau mengenal dan memahami unsur-unsur yang menjadi dasar untuk budaya Korea, Anda lebih dapat memahami dan menyukai musik tradisional Korea. Bunga plum yang sangat disukai penulis, penyair, pelukis dan musisi Korea pada zaman dahulu. Pada zaman lalu, seorang pria yang mantap dalam ilmu dan moral diistilahkan sebagai Gunja. Ada juga empat Gunja dalam flora yang memiliki sifat setia, yakni anggrek beraroma halus dan indah, bunga krisan yang masih berkembang pada akhir musim gugur, bambu yang mempertahankan kehijauan di tengah musim dingin, dan bunga plum yang mekar sebelum musim semi.
Yi Hwang, salah seorang yang paling terkenal dan dihormati sebagai sarjana Konfusian Korea, diketahui sangat mencintai bunga plum. Dikatakan bahwa kata-kata terakhirnya sebelum dia mengambil napas terakhirnya adalah, 'Airi bunga plum di pot bunga'. Wajah Yi Hwang itu muncul di dalam uang kertas Korea seribu won dan Anda dapat melihat bunga plum mekar di sebelah potretnya. Ada juga sebuah kisah cinta Yi Hwang terkait bunga plum. Ketika dia menjabat sebagai bupati di daerah Danyang, istri dan anaknya sudah meninggal, dan kesehatannya sendiri juga semakin memburuk. Saat itulah dia bertemu dengan seorang wanita penghibur bernama Duhyang. Meskipun Duhyang jauh lebih muda daripada Yi Hwang, dia berbakat dalam puisi, lukisan, dan musik. Duhyang itu sangat menyukai bunga plum dan menghormati Yi Hwang. Ketika Yi Hwang menyelesaikan masa jabatan sebagai bupati Danyang dan meninggalkan daerah itu, Duhyang memberikan pohon plum merah dan putih kepada Yi Hwang. Kemudian, dia berhenti bekerja sebagai penghibur dan hidup sendiri di sebuah gubuk sederhana di tepi sungai. Sejak itu, keduanya tidak pernah bertemu lagi. Tapi, masih ada sebuah puisi yang dikirim oleh Yi Hwang kepada Duhyang setelah 4 tahun berlalu.

Di halaman buku tua saya menemui orang-orang bijak
Duduklah saya dalam kamar kosong dengan sendiri
Di depan jendela saya melihat musim bunga dari bunga plum
Janganlah mengeluh karena senar Geomungo terputus


Nenek moyang Korea lebih suka menghiasi meja makan pada pesta dengan bunga kertas yang dibuat daripada dengan bunga yang hidup. Tapi, untuk membuat bunga plum, mereka menggunakan lilin lebah dan disebut ‘Yunhyeomae’ dengan makna, lebah mengumpulkan madu dari bunga-bunga dan lilin lebah dihasilkan dari madu dan lilin lebah itu diciptakan menjadi bunga plum. Bunga yang dibuat seperti itu persis mirip dengan bunga plum di pohonnya, sehingga orang-orang pada masa lalu mengatakan itu seperti anak cucu yang mirip dengan nenek moyangnya. Dari bunga itu, kita juga dapat memperoleh kebijaksanaan untuk mempelajari kehidupan manusia.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >