Kepala bank pusat tertinggi Korea Selatan pada hari Rabu (18/12/2013) mengecilkan kekhawatiran bahwa negara ini kemungkinan akan menghadapi deflasi, mengingat tekanan harga yang mendasarinya dan ekspektasi inflasi.
Beberapa ahli mengatakan rendahnya harga konsumen Korea Selatan meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar keempat di Asia ini dapat mengalami deflasi, semirip yang dialami Jepang.
Tekanan inflasi Korea Selatan tetap lemah karena harga konsumen berada di bawah 2,5-3,5 persen dari pita target inflasi Bank Sentral Korea Selatan (BOK) yang berjalan untuk bulan ke-18 secara berturut-turut di bulan November. Pertumbuhan inflasi konsumen pada tahun ini terangkat 0,9 persen di bulan November dari 0,7 persen pada bulan Oktober.
Gubernur BOK Kim Choong-soo mengatakan dalam sebuah pertemuan dengan para ahli bahwa tidak tepat bagi Korea Selatan khawatir tentang deflasi, seraya mengatakan bahwa inflasi konsumen cenderung mengikuti pergerakan inflasi inti.
Inflasi inti, yang tidak termasuk perubahan harga minyak dan makanan, mengukur tekanan pada harga yang mendasarinya. Inflasi inti Korea Selatan naik 1,8 persen pada bulan November tahun ini. Tingkat ekspektasi inflasi berada pada 2,9 persen di bulan November, tidak berubah dari bulan sebelumnya.
Gubernur mengatakan jika dampak program perawatan anak gratis pada inflasi dieliminasi, inflasi inti terlihat menjadi sekitar 2 persen. Program kesejahteraan gratis biasanya memberi tekanan naik turun pada harga konsumen.
Gubernur Kim juga membenarkan harga konsumen berjalan di bawah target pita inflasi bank sentral, dan BOK akan memperhatikan fenomena ini di tahun depan.