Risiko gagal bayar Korea Selatan mencapai titik tertinggi dalam 6 bulan akibat devaluasi nilai kurs yuan, Cina, yang ditafsirkan sebagai langkah negara tersebut mencegah kemerosotan ekonomi.
Menurut analis pasar keuangan internasional dan perusahaan penyedia layanan informasi Markit pada hari Kamis (13/8/2015), premi Credit Default Swap (CDS) terhadap obligasi perimbangan valuta asing dengan jangka waktu 5 tahun bagi Korea Selatan mencapai 63,10 bp.
Angka itu meroket paling tinggi dalam 6 bulan sejak tanggal 12 Februari lalu, dan mengalami kenaikan 13,69% dibanding tanggal 10 Agustus sebelum muncul pengumuman penurunan nilai tukar yuan.
Berdasarkan 53 negara yang dikumpulkan Markit, negara yang menunjuk rasio kenaikan premi Credit Default Swap (CDS) lebih tinggi daripada Korea Selatan di periode yang sama hanya Thailand (20,56%).
Risiko gagal bayar negara maju relatif rendah, seperti AS (3,86%, Inggris (2,78%), Perancis (0,70%), Jepang (0,65%).