Ekonomi Korea Selatan pada kuartal kedua mengalami pertumbuhan sebesar 0,8% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Menurut data yang dikeluarkan Bank sentral Korea, (BOK), produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan untuk periode April-Juni, yang sempat disesuaikan karena inflasi, tercatat 375 triliun 333,6 miliar won, meningkat 0,8% dari kuartal pertama.
Kenaikan ini lebih besar 0,3% poin dari kuartal pertama, sekaligus mencatat angka tertinggi pertumbuhan triwulanan setelah Korea Selatan pernah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 1,2% pada kuartal ketiga tahun lalu.
Hasil produksi industri manufaktur dalam negeri tumbuh 1,2%, berhasil mengubah keadaan setelah sempat menyusut 0,2% pada semester pertama. Produksi batu bara, minyak dan produk kimia mengalami sedikit peningkatan berkat naiknya harga minyak dunia.
Industri perumahan juga mengalami pertumbuhan sebesar 1% berkat penimgkatan permintaan akan perumahan.
Namun sebagian pengamat menolak adanya perbaikan di kuartal kedua, karena menurut mereka pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi masih tetap di kisaran angka 0 % selama tiga kuartal secara berturut-turut.
Mereka memperkirakan perekonomian Korea Selatan akan terus berada dijebakan pertumbuhan rendah pada semester kedua tahun ini akibat berkurangnya secara bertahap paket stimulus ekonomi yang dimaksudkan untuk mendorong konsumsi.
Sementara itu, pendapatan nasional riil (GNI) turun 0,4% menjadi 391,7 triliun won. Itu merupakan pertama kali dalam 7 triwulan, GNI Korea Selatan mencatat pertumbuhan negatif triwulanan setelah sempat menyusut 0,2% pada kuartal ketiga 2014.