Pemerintah Korea Selatan menganalisis bahwa ketidakpastian ekonomi Korea Selatan semakin membesar akibat pemilihan presiden AS, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), dan terlambatnya pemulihan ekonomi rumah tangga maupun perusahaan.
Dalam 'Kecenderungan Ekonomi' edisi November yang diumumkan Kementerian Strategi dan Keuangan hari Selasa (8/11/2026) disebutkan bahwa kondisi ekonomi Korsel dipengaruhi unsur khusus.
Disebutkan, penjualan eceran bulan September mengalami penurunan 4,5% dari bulan sebelumnya, dan mencatat pertumbuhan minus karena penghentian penjualan Galaxy Note 7, efek udara panas, kenaikan harga produk hasil pertanian pada hari raya Chuseok dan sebagainya.
Ekspor bulan Oktober berkurang 3,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu melanjutkan tren penurunan sejak bulan September. Ekspor dan penjualan domestik yang lemah mengakibatkan penurunan perekrutan, sehingga jumlah orang yang memperoleh pekerjaan pada bulan September hanya 267 ribu orang.
Meskipun pemerintah sebelumnya memprediksi terjadinya peningkatan ekonomi pada bulan Oktober melalui kebijakan 'Korea Sale Festa', namun ketidakpastian ekonomi diperkirakan tetap membesar karena pilpres AS, Brexit, dan terlambatnya pemulihan ekonomi rumah tangga dan perusahaan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah akan mengamati pengaruh dari unsur yang tidak pasti pada perbankan, pasar valuta asing, serta ekonomi baik di dalam maupun luar negeri.
Kementerian Strategi dan Keuangan menyatakan pihaknya juga berusaha untuk mengatifkan konsumsi, investasi, dan ekspor dengan melaksanakan kebijakan terkait semaksimal mungkin.