Sebuah analisis menunjukkan bahwa timbul banyak kekhawatiran akan hilangnya lapangan pekerjaan akibat datangnya revolusi industri keempat, namun Korea Selatan dinilai akan terkena dampak paling kecil di antara negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, OECD.
Hal itu dinyatakan menurut laporan tentang dampak revolusi industri keempat terhadap perekrutan yang dirilis oleh peneliti senior Lembaga Pengembangan Korea KDI, Kwong Kyu-ho bersama direktur strategi di lembaga kebijakan TI, Goh Sang-won pada hari Rabu (8/3/2017).
Berdasarkan analisis hasil survei terhadap 21 negara anggota OECD, persentase jenis pekerjaan yang bisa hilang akibat otomatisasi dengan kemungkinan di atas 70%, tercatat sebesar rata-rata 9%.
Negara-negara maju, seperti Jerman, Austria, Spanyol dan Inggris mencatat persentase sebesar 10%, sementara Korea Selatan memiliki persentase 6%, paling rendah di antara negara-negara yang disurvei.
Korea Selatan selama ini dianggap sebagai negara yang masih belum siap untuk menyambut era revolusi industri keempat. Tapi rendahnya kemungkinan otomatisasi ini dapat dijelaskan oleh banyaknya investasi yang telah dilakukan untuk otomatisasi dan tingkat pendidikan para pekerja yang cukup tinggi.
Rasio penggunaan robot per 10.000 pekerja di industri manufaktur Korea Selatan mencapai 531 unit, paling tinggi di antara negara-negara yang disurvei. Dengan demikian, industri manufaktur tidak akan memberikan dampak negatif hilangnya lapangan kerja di era revolusi industri keempat, karena proses otomatisasi sudah banyak berjalan.