Surplus neraca berjalan Korea Selatan mengalami penyusutan karena neraca jasa termasuk neraca perjalanan turun ke rekor terendah di kuartal pertama di tengah pembalasan Cina yang terus berlanjut terkait penempatan sistem pertahanan anti rudal THAAD di Korea Selatan. 
 
Bank sentral Korea (BOK) pada hari Kamis (4/5/2017) mengatakan surplus transaksi berjalan Korsel mencapai 5,93 miliar dolar pada bulan Maret, memperpanjang surplus neraca yang sudah tercatat hingga 61 bulan berturut-turut sejak Maret 2012.
 
Namun mulai Februari, surplus transaksi berjalan menyusut 2,47 miliar dolar.
 
Surplus neraca barang turun 750 juta dolar menjadi 9,8 miliar dolar pada bulan Maret. Ekspor berada pada level 50,38 miliar dolar, naik 12,8 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sementara impor melonjak 27,5 miliar dolar menjadi 40,58 miliar dolar.
 
Seorang pejabat BOK mengatakan kenaikan impor yang signifikan tersebut disebabkan oleh peningkatan impor produk minyak bumi di tengah kenaikan harga minyak internasional.
 
Defisit neraca jasa juga membengkak menjadi 3,27 miliar dolar pada bulan Maret, lebih dari tiga kali lipat dari setahun sebelumnya.
 
Secara keseluruhan, defisit neraca jasa pada kuartal pertama tercatat sebesar 8,86 miliar dolar, atau menjadi defisit neraca jasa triwulanan terbesar.
 
Defisit di sektor transportasi, di tengah kemerosotan yang berlarut-larut di industri perkapalan, mencapai 620 juta dolar, rekor angka bulanan yang tinggi.
 
Defisit neraca perjalanan juga membesar menjadi 1,35 miliar dolar, akibat turunnya jumlah turis Cina serta meningkatnya perjalanan ke luar negeri oleh warga Korea Selatan.
 
Ini adalah defisit perjalanan tertinggi sejak tercatat 1,47 miliar dolar yang diumumkan pada bulan Juli 2015, atau setelah terjadinya wabah Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) di Korea Selatan.