Dua puluh tahun setelah krisis keuangan Asia (IMF) pada tahun 1997 yang juga melanda Korea Selatan, sebuah survei dilakukan oleh Institut Pengembangan Nasional Korea -KDI terhadap seribu warga Korea Selatan berusia lebih dari 19 tahun, pada hari Selasa (14/11/2017).
Sebanyak 57,4% responden memilih masa krisis ekonomi IMF yang melanda masyarakat Korea Selatan pada tahun 1997, dan 26,6% responden memilih pertumbuhan ekonomi yang rendah pada tahun 2010 sebagai masa yang paling menyulitkan.
Menurut survei tersebut 59,7% responden menjawab krisis IMF berpengaruh negatif pada kehidupan secara nyata, dan 32,3% menjawab tidak berpengaruh serta 8,0% menjawab berpengaruh positif.
Dalam pertanyaan dimana responden dapat memberikan jawaban ganda tentang pengaruh IMF yang paling dahsyat dalam masyarakat Korea Selatan, 88,8% responden menjawab meningkatnya masalah pekerja tidak tetap, 86,0% memilih kecenderungan menyukai pekerjaan yang stabil seperti pegawai negeri, 85,6% menjawab kesenjangan pendapatan masyarakat, dan 82,9% menjawab kekurangan lapangan kerja.
Untuk pertanyaan yang dapat memilih satu jawaban tentang pengaruh yang paling negatif dari krisis IMF pada ekonomi Korea, kesenjangan sosial menduduki nomor satu dengan 31,8%.
Untuk pertanyaan tentang ingatan mereka pada krisis IMF, 42,4% menjawab gerakan mengumpulkan emas yang dilakukan oleh seluruh rakyat, 25,4% responden teringat pengangguran secara besar-besaran dan 17,6% menjawab teringat bangkrutnya UKM, pebisnis dan bank.
Untuk tugas utama Korea Selatan saat ini, dari segi ekonomi, 31,1% responden memilih penciptaan dan stabilisasi lapangan kerja, disusul pengembangan mesin pertumbuhan baru dan peningkatan daya saing dengan 19,2%. Sementara untuk tugas sosial, menuntaskan masalah korupsi untuk mendapatkan kepercayaan yang tinggi menduduki urutan pertama dengan 32,7% disusul membuat kebijakan untuk angka kelahiran rendah dan penuaan penduduk dengan 32,5%.