Para pakar masalah Korea Utara di Amerika Serikat, hari Kamis (1/2/2018) menyebut strategi penembakan Korut 'strategi darah hidung' adalah sebuah tindakan nekat yang sangat terbatas. Namun, mereka tetap menunjukkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya krisis di Semenanjung Korea setelah Olimpiade PyeongChang.
Dikatakan, strategi itu menjadi latar belakang kegagalan pengangkatan Victor Cha sebagai Duta Besar AS untuk Korea Selatan.
Para pakar di Washington memprediksi jika latihan militer gabungan Korsel dan AS dimulai setelah Olimpiade dan Paralimpiade PyeongChang, maka Korut juga akan kembali melakukan ancaman dengan nuklir dan rudalnya.
Seorang peneliti Atlantic Council, Robert Manning dalam pertemuan dengan Yonhap News mengatakan pembahasan tentang 'strategi darah hidung' pernah dilakukan akan tetapi belum waktunya untuk dilaksanakan. Menurutnya, pemerintah AS seharusnya berupaya untuk menjadiakan sanksi ekonomi dan tekanan diplomatik yang sedang berlangsung lebih memiliki efek.
Seorang peneliti senior lembaga penelitian kebijakan AS, Heritage Foundation, Bruce Klingner dalam wawancara dengan CNN mengatakan kegagalan pengangkatan Victor Cha dan 'strategi darah hidung', ada perselisihan di dalam pemerintahan.
Sementara Bruce Bennett, seorang peneliti senior Institut RAND, memproyeksikan ketegangan di Semenanjung Korea akan meningkat setelah Olimpiade PyeongChang selesai atau paralimpiade berlangsung.
Menurutnya, ada kemungkinan Korea Utara akan melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal, karena Pyongyang pernah melakukan 5 kali uji coba rudal balistik dan 1 kali uji coba nuklir ketika Korsel dan AS melakukan latihan militer gabungan pada musim panas tahun lalu dengan mengabaikan tekanan terhadap negara itu.
Menurut Bennett, hal penting saat ini adalah seberapa tangguh AS bisa menangani ancaman Korut.