Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Korea Selatan (Korsel) akan turun pada tahun ini dan tahun depan, akibat penurunan ekspor dan restrukturisasi industri manufaktur.

OECD dalam prediksi ekonomi yang diumumkannya pada hari Selasa (21/5/19) menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Korsel ke angka 2,4%. Angka ini diturunkan sebanyak 0,2% poin dari prediksi sementara pada bulan Maret lalu.

OECD juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Korsel sebesar 2,5% untuk tahun depan.

Laporan OECD menunjukkan bahwa Korsel mengalami penurunan ekspor, investasi dan perekrutan karena pelemahan sektor semikonduktor akibat lesunya perdagangan dunia.

OECD menambahkan bahwa Korsel memerlukan kebijakan keuangan yang luas, disertai kebijakan restrukturisasi. Selain itu, anggaran tambahan baru diharapkan dapat mengaktifkan perekonomian.

Selanjutnya, OECD mengatakan bahwa isu terpenting yang harus diselesaikan pemerintah Korsel adalah standar produktivitas tenaga kerja yang tercatat hanya mencapai setengah dari 50% negara teratas OECD. Menurutnya, jika mempertimbangkan penerapan sistem 52 jam kerja seminggu dan penurunan populasi tenaga kerja, maka produktivitas pasti akan meningkat terutama di perusahaan kecil dan menengah serta bidang usaha pelayanan.

Sementara itu, OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,2% untuk tahun ini dan 3,4% untuk tahun depan.

OEDC kemudian menunjukkan keburukan proteksionisme, ketidakpastian Brexit, dan pelemahan ekonomi China sebagai risiko utama pada tahun ini. Berdasarkan resiko-resiko tersebut, perdagangan internasional diprediksi akan turun ke angka 2,1% tahun ini dari 3,9% tahun lalu.