Institut Penelitian Ekonomi Korea Selatan (KERI) menurunkan perkiraan rasio pertumbuhan ekonomi Korea Selatan untuk tahun ini sebesar 0,2% poin menjadi 2,2%.
Menurut KERI, kegiatan ekspor Korea Selatan merosot secara drastis, sehingga selisih stagnasi investasi semakin meningkat, dan kegiatan konsumsi juga tidak kunjung pulih.
Sebelumnya, Institut Pengembangan Nasional Korea (KDI), Lembaga Penelitian Keuangan, OECD, dan lainnya menurunkan rasio tersebut ke angka 2,4% dari yang sebelumnya sebesar 2,6%. Sementara Bank Sentral Korea (BOK) diperkirakan akan menurunkan rasio tersebut pada bulan depan.
KERI menetapkan rasio peningkatan ekspor tahun ini di angka 1,4% karena adanya stagnasi pertumbuhan di pasar ekspor akibat konflik perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin memuncak dan kemerosotan ekonomi global, penurunan daya saing harga dari semikonduktor dan produk ekspor utama, dan sebagainya.
KERI juga memperkirakan investasi di bidang infrastruktur dan konstruksi masing-masing mengalami kenaikan sebanyak 5%. Konsumsi swasta mengalami kenaikan 2,3%, namun rasio peningkatannya akan menurun sebesar 0,2%, karena masih ada pelemahan sentimen konsumen, peningkatan beban utang rumah tangga, penurunan harga aset, dan lainnya.
Di sisi lain, KERI memandang bahwa rasio kenaikan harga konsumen hanya mencapai 0,8% dan surplus transaksi berjalan hanya mencapai 56 miliar dolar Amerika, dimana lebih sedikit sekitar 20,4 miliar dolar Amerika dibandingkan tahun sebelumnya.
Nilai tukar mata uang won terhadap dolar Amerika diperkirakan mencapai 1.180 won per satu dolar, menurun 100 won dibandingkan tahun sebelumnya.