Di tengah memburuknya hubungan antara Korea Selatan dan Jepang akibat langkah pembatasan ekspor Jepang, digelar demonstrasi untuk mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Korea Selatan.
Demonstrasi tersebut digelar pada hari Sabtu (27/7/19), di alun-alun Gwanghwamun, Seoul dengan menghadiri 596 unit badan sipil untuk mengkritik aksi balasan ekonomi Jepang dan mendesak permintaan maaf dari Abe.
Demonstrasi tersebut merupakan yang kali kedua digelar setelah pekan lalu dan dihadiri kira-kira lima ribu orang masyarakat Korea Selatan.
Seorang ilmuwan sejarah bernama Jeon Woo-yong mengatakan bahwa mereka berkumpul untuk menuntut keadilan, bukan membenci warga Jepang. Ditambahkannya, Abe ingin melaksanakan militerisme dan warga Korea Selatan harus berjuang dalam kewajibannya menjaga perdamaian dunia.
Dia juga mengklaim bahwa masyarakat Korea berjuang melawan sikap anti kemanusiaan yang kerap kali mengabaikan hak orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
Para hadirin membawa lilin di satu tangan dan spanduk bertulisan 'No Abe! Akui Kesalahan atas Kerja Paksa!' di satu tangan lainnya.
Diperkirakan demonstrasi lilin serupa akan terus digelar pada tanggal 3, 10 dan 15 Agustus mendatang. Seorang ketua badan sipil Park Seok-woon menekankan bahwa pemerintahan Abe ingin mengontrol Korea Selatan dari sisi ekonomi dan militer melalui serangan ekonomi. Pihaknya akan menyebarluaskan demonstrasi lilin, baik di Seoul maupun di seluruh daerah di Korea Selatan.