Pihak penyelenggara pameran seni internasional Jepang, Aichi Triennale 2019, memutuskan untuk menarik pameran patung gadis yang merupakan simbol wanita perbudakan syahwat dalam waktu tiga hari setelah dibuka.
Gubernur prefektur Aichi menyatakan penghentian pameran tersebut dalam jumpa pers tanggal 3 Agustus lalu, akibat banyak ancaman yang mereka terima. Penghentian pameran tersebut ditafsirkan karena adanya tekanan dari pihak sayap kanan dan pemerintah Jepang.
Pihak pelaksana pameran menyatakan mereka akan menangani perkara tersebut dari sisi hukum dan penghentian pameran itu adalah kekerasan terhadap sejarah.
Sejumlah media Jepang termasuk Asahi Shimbun, Tokyo Shimbun, dan lainnya mengkritik keras tekanan para politikus dan ancaman dari sayap kanan. Sebuah kelompok yang terdiri dari penyair, penulis, dan lainnya mendesak pembukaan kembali pameran tersebut.
Sementara itu, seniman asal Korea Selatan Kim Seo-gyeong yang membuat patung gadis tersebut menyatakan kekecewaannya karena pameran itu dibatalkan akibat tindakan pemerintah Jepang.
Patung dengan nama "Patung Seorang Gadis Perdamaian" tersebut 7 tahun yang lalu juga pernah dibongkar dari Museum Seni Metropolitan Tokyo dalam waktu empat hari sejak pameran dimulai.