Pemerintah Korea Selatan menganalisis bahwa perubahan yang terjadi di pasar keuangan baru-baru ini dikarenakan munculnya beberapa unsur risiko dari dalam maupun luar negeri dalam waktu singkat.
Pemerintah Korea Selatan dan Bank Sentral Korea (BOK) mengadakan rapat ekonomi makro darurat di gedung BOK pada hari Rabu (7/8/19) pagi dan membahas pengaruh pembatasan ekspor Jepang dan penetapan China sebagai manipulator mata uang terhadap pasar keuangan Korea Selatan serta langkah penanggulangnya.
Dalam rapat tersebut, Wakil Perdana Menteri Urusan Perekonomian Hong Nam-ki mengatakan pasar saham di dunia saat ini melemah secara keseluruhan karena konflik dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin memanas seperti pengumuman Amerika Serikat untuk penambahan bea masuk bagi China, lemahnya mata uang China, dan penetapan China sebagai manipulator mata uang.
Ia menambahkan, perekonomian dalam negeri Korea Selatan juga turut mengalami kesulitan karena memburuknya kondisi baik dalam maupun luar negeri, seperti lemahnya investasi dan ekspor, pembatasan ekspor Jepang pada Korea Selatan, dan sebagainya.
Selanjutnya, Hong menegaskan bahwa masyarakat Korea Selatan tidak perlu gelisah karena kekuatan eksternal perekonomian Korea Selatan membaik secara dratis.
Pemerintah Korea Selatan juga menyatakan pihaknya akan bertindak secara cepat dan agresif dengan memanfaatkan semua sarana yang ada untuk menstabilkan pasar keuangan.
Dalam langkah yang sama, Hong menambahkan bahwa pemerintah Korea Selatan akan membelanjakan lebih dari 75 persen anggaran tambahan selama dua bulan hingga bulan September mendatang dan menjalankan kebijakan untuk kemandirian serta meminimalkan kerugian perindustrian sebagai dampak dari pembatasan ekspor Jepang ke Korea Selatan.