Setelah Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) antara Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS), surplus neraca perdagangan Korea Selatan terhadap AS mengalami penurunan sebesar 6,8 persen.
Namun, volume ekspor dan impor dengan AS mengalami peningkatan, sehingga perdagangan tetap aktif dilaksanakan.
Penurunan surplus perdagangan Korea Selatan diperkirakan akan berpengaruh baik bagi hubungan perdagangan antara Korea Selatan dan AS, menjelang penetapan negara manipulator mata uang oleh AS, penerapan pasal 232 UU Ekspansi Perdagangan AS, dan lainnya, karena Presiden AS, Donald Trump, merasa tidak puas pada surplus perdagangan Korea Selatan yang lebih tinggi daripada AS.
Selama 10 bulan setelah revisi FTA diberlakukan pada tanggal 1 Januari tahun ini, Korea Selatan meraih surplus perdagangan sekitar 10 miliar dolar AS dan turun sebesar 6,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jumlah ekspor kumulatif Korea Selatan terhadap AS selama bulan Januari hingga Oktober naik 2,2 persen, namun jumlah impor meningkat 4,1 persen.
Presiden Trump tetap mengklaim bahwa perdagangan antara Korea Selatan dan AS tidak adil karena AS terus mengalami defisit dalam perdagangan dengan Korea Selatan. Akhirnya, AS meminta revisi FTA, dan FTA yang baru diberlakukan mulai tahun ini.
Laporan dari Perwakilan Perdagangan AS (USTR) menunjukkan bahwa hambatan perdagangan di bidang otomotif turun drastis setelah revisi FTA. Penurunan surplus Korea Selatan terhadap AS diperkirakan berpengaruh positif pada hubungan perdagangan antara dua negara.