Pada bulan November 2017 lalu, Korea Utara menembakkan rudal jarak jauh antar-benua (ICBM) tipe Hwasong-15. Rudal itu diluncurkan dari peluncur di darat setelah dipindahkan dari kendaraan peluncur (TEL).
Kemampuan peluncuran ICBM yang mampu berpindah dari Korea Utara muncul sebagai isu perdebatan di komite pertahanan dan intelijen di parlemen pada hari Senin (4/11/19), sejalan dengan pernyataan Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Chung Eui-yong, pada tanggal 1 November lalu bahwa ICBM Korea Utara tampaknya sulit untuk diluncurkan dari TEL secara teknis.
Dalam hal ini, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Jeong Kyeong-doo, memperjelas adanya perbedaan interpretasi bahwa rudal itu diluncurkan setelah dipindahkan dari TEL.
Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan juga menilai bahwa Korea Utara mampu meluncurkan ICBM dari TEL, meskipun negara itu masih belum mencapai tahap untuk menggunakan bahan bakar padat yang sulit terdeteksi.
NIS mengatakan pihaknya tetap memantau adanya kemungkinan Korea Utara melakukan uji coba peluncuran rudal balistik berbasis kapal selam (SLBM) dari kapal selam tipe barunya.
Sementara itu, badan itu juga mengatakan bahwa Pyongyang kemungkinan akan mendorong pembicaraan tingkat kerja dengan Washington paling lambat bulan Desember untuk mengatur agenda KTT bilateral.