Korea Utara menunjukkan posisi yang berhati-hati, sembari menahan diri dari pernyataan resminya mengenai serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menewaskan komandan tertinggi Iran.
Korea Utara dan Iran diketahui menjalin hubungan persahabatan sejak terbentuknya hubungan diplomatik pada tahun 1973.
Kedua negara terus dicurigai oleh dunia internasional dalam hal kerja sama di bidang nuklir dan rudal, bahkan pemimpin kedua negara diketahui saling bertukar sambutan tahun baru setiap tahunnya.
Meskipun demikian, Korea Utara belum merilis pernyataan resminya hingga hari ketujuh setelah terjadinya serangan AS ke Iran.
Menteri Luar Negeri China dan Rusia telah melakukan pembicaraan telepon dan mengutuk keras serangan rudal AS, sementara Korea Utara menunjukkan tanggapan yang berbeda dengan mengambil posisi yang berhati-hati.