Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD) memprediksi bahwa ekonomi Korea Selatan akan tumbuh -1,2 persen pada tahun 2020 ini.
Angka prediksi itu merupakan yang tertinggi di antara 45 negara utama, termasuk anggota OECD dan China.
Namun, OECD menambahkan prediksi itu dapat terwujud jika tidak ada gelombang kedua COVID-19.
Angka prediksi untuk Korea Selatan jika gelombang kedua COVID-19 muncul juga sebenarnya yang paling tinggi, yakni -2,5 persen.
OECD menilai Korea Selatan sebagai negara unik yang perlu diperhatikan karena penyusutan ekonominya terbatas dibandingkan negara anggota lainnya berkat langkah pencegahan penyebaran penyakit yang efektif.
OECD menambahkan, meskipun kegiatan konsumsi menurun dan pengangguran meningkat, pemerintah Korea Selatan meminimalkan dampaknya dengan bantuan langsung pemerintah seperti tiga kali stimulus.
Menurutnya, jika COVID-19 kembali diperluas pada triwulan keempat, Korea Selatan terpaksa akan mengalami penurunan ekspor, namun kebijakan "New Deal Gaya Korea" dapat memimpin investasi dan perekrutan.
Sementara itu, prediksi ekonomi dunia tidak optimis. Menurut OECD, kondisi ekonomi global saat ini yang terburuk sesudah Depresi Besar tahun 1930 dan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi -6 persen untuk tahun ini. Angka itu turun sebanyak 8,4 persen poin dari prediksi pada bulan Maret lalu.
OECD merekomendasikan setiap negara untuk mempertahankan ekspansi finansial demi pemulihan ekonomi meskipun tidak ada gelombang kedua COVID-19. Jika gelombang kedua merebak, tentunya diperlukan tambahan kebijakan bantuan.